Sabtu, 07 Januari 2017

Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas


Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pengelolaan Kelas”



satain
Dosen pengampu:
 Arif Rahman Hakim, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok: 2

1.      Neni Puji Lestari                     : 210314230
2.      Ahmad Fawaid                       :210314239
3.      Siti Kasanah                            : 210314247
4.      Achmad Qolik Khoirudin       : 210314256
5.      Siti Solekah                             : 210314265
TB.G/PAI/

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2016


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang kami berijudul “Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas”. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Beliau yang telah menuntun kami beserta umatnya dari zaman jahiliyah menuju ke zaman terang benderang seperti saat ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Arif Rahman Hakim, selaku dosen sekaligus pembimbing mata kuliah pengelolaan kelas, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman serta pihak-pihak yang telah mendukung kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekeliruan dan kekurangan. Karena itu, kami berharap para pembaca dan seluruh pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.
Dan harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.


Ponorogo, 18 Oktober 2016

Tim penyusun









i

DAFTAR IS1
                 I
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii                     
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C.     Tujuan …………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian pendekatan ………………………………………………… 2
B.     Berbagai pendekatan pembelajaran PAI ………………………………. 2
1.      Pendekatan rasional………………………………………………... 2
afaddress.blogspot.com/pendekatan-pengelolaan-kelas.com
2.      Pendekatan emosional …………………………………………….. 4
3.      Pendekatan fungsional …………………………………………….. 5
4.      Pendekatan induksi-deduksi ………………………………………. 6
5.      Pendekatan sosio-kultural …………………………………………. 7
BAB III PENUTUPAN
            KESIMPULAN……………………………………………………………..            11       
            SARAN……………………………………………………………………..            12
            DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………            13
           
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Managemen atau yang akrab kita dengar adalah pengelolaan, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diimplementasikan dalam kegiatan di dalam kelas. Managemen sendiri tidak hanya difokuskan pada tingkat efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran melalui pengoptimalan fungsi kelas, namun lebih dari itu, manajemen di dalam kelas merupakan respon terhadap semakin meningkatnya tuntutan peningkatan kualitas pendidikan yang dimulai dari ruang kelas. Di dalam kelas guru dituntut untuk mampu menghasilkan peserta didik yang utuh, sesuai dengan fungsi pendidikan dan undang-undang sistem pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak, mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan semua tujuan tersebut kiranya perlu pemahaman berkaitan dengan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, dengan mem pelajari materi tersebut guru akan lebih mudah mengelola kelas dengan baik. Maka dari itu, pemakalah mencoba menyajikan materi tersebut seringkas ringkas mungkin agar mudah difahami. Dengan sebuah judul “Berbagai Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas”

B.     Rumusan Masalah
             1.       Apa pengertian pendekatan dalam pengelolaan kelas?
             2.       Apa saja pendekatan pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan kelas?

C.    Tujuan
            1.      Mendiskripsikan pengertian pendekatan dalam pengelolaan kelas.
            2.      Mendiskripsikan pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan kelas.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas.
Pendekatan secara bahasa berasal dari kata dekat yang berarti pendek, tidak jauh, hampir, akrab, dan menjelang. Sementara pendekatan secara bahasa dapat diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mendekati.[1]
Sedangkan pendekatan menurut istilah adalah pendekatan bersifat aksiomatis dan menyatakan suatu pendirian, filsafat, keyakinan, atau paradigma terhadap subject matter. Jadi pendekatan dalam menajemen kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.[2]
Pengertian pendekatan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1.      Gulo (2008: 4), pendekatan adalah titik tolak atau pandang dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar mengajar. Sudut pandang tertentu tersebut menggambarkan cara berfikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
2.      Sanjaya (2008: 127), pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
3.      Burden, P.R. (1999), menyatakan bahwa pendekatan adalah tata cara pembelajaran yang melibatkan para guru dan siswa mereka untuk membangun mencapai tujuan dengan informasi mereka telah didapat secara aktif, mealui kegiatan dan keikut sertaannya.
4.      Suparno (2007), pendekatan adalah tata cara pembelajaran yang melibatkan para guru dan siswa mereka untuk membangun mencapai tujuan dengan infomasi mereka telah didapat secara aktif, melalui kegiatan dan keikut sertaannya.[3]
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan, pendekatan adalah titik tolak atau cara pandang seorang guru terhadap proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dengan informasi yang telah didapat secara aktif, melalui kegiatan dan keikut sertaan. Sehingga pendekatan pengeloaan kelas dapat diartikan sudut pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.
B.     Pendekatan Yang Digunakan Dalam Pengelolaan Kelas.
      Berbagai macam pendekatan dalam manajemen kelas dapat dipelajari melalui berbagai sumber. Setidaknya ada Sembilan pendekatan yang terdapat dalam manajemen kelas.
1.      Pendekatan Kekuasaan
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyuruh, memerintah, mengatur, menguasi dan sebagainya. Dalam konteks manajemen kelas, kekuasaan tersebut terwujud melalui keemampuan guru dalam mengatur peserta didik untuk taat dan patuh terhadap norma atau aturan-aturan yang terdapat di dalam kelas.
Dalam penerapan pendekatan kekuasaan ini guru sebagai seorang manajer kelas memiliki dua peran. Pertama, berperan sebagai pengontrol (controller). Kedua, berperan sebagai pembimbing (konselor). Sebagai pengontrol, guru memiliki kekuasaan untuk melakukan pengawasan terhadap perilaku peserta didik di dalam kelas. Jika peserta didik berperilaku sesuai dengan aturan-aturan di kelas, guru berkuasa untuk memberikan penghargaan kepadanya. Tetapi sebaliknya, jika guru mendapati ada perilaku peserta didik yang melanggar aturan-aturan kelas, dengan kekuasaan guru dapat membimbingnya agar si peserta didik tidak mengulanginnya.
2.      Pendekatan Ancaman
Ancaman berarti perbuatan mengancam. Dalam konteks manajemen kelas, pendekatan ancaman dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru bahwa perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk menciptakan kelas yang kondusif. Pendekatan ancaman ini dapat digunakan oleh guru jika kondisi kelas benar-benar sudah tidak dikendalikan lagi.
Memang benar, diakui ataupun tidak ancaman dapat digunakan oleh guru untuk mengendalikan kelas, tetapi sebagai sebuah perbuatan yang berstigma negatif, sebaiknya penggunaan ancaman dihindari. Jika memang seorang guru dengan terpaksa melakukan pendekatan ancaman kepada peserta didiknya yang berperilaku kurang sesuai dengan yang diharapkan, ancaman tersebut harus dilakukan secara wajar dan jangan sampai melukai hati peserta didik.


3.      Pendekatan Kebebasan
Bebas berarti lepas sama sekali, tidak terhalang, terganggu dan sebagainya sehingga dapat bergerak dan berbicara dengan leluasa. Sementara kebebasan dapat diartikan sebagai keadaan bebas. Jadi, dalam konteks manajemen kelas, pendekatan kebebasan dapat didefinisikan sebagai cara pandang guru yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru sebagai seorang manajer di kelas memberikan keleluasaan kepada semua peserta didiknya untuk bergerak bebas di dalam kelas.
Dalam pendekatan pembebasan ini, guru membantu peserta didiknya agar mereka dapat bebas bergerak mengerjakan sesuatu di dalam kelas, tetapi seorang guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik dengan memegang batasan-batasan kebebasan. Jika guru merasa hal itu tidak dapat dilakukan, sebaiknya pendekatan kebebasan ini tidak diterapkan.[4]
Apabila diterapkanpun berikut batas-batas mengenai pendekatan kebebasan:
a.       Peserta didik dapat bergerak bebas melakukan berbagai kegiatan didalam kelas yang terkait dengan kegiatan belajar atau pengalaman belajar yang diekspektasikan guru.
b.      Peserta didik diperbolehkan melakukan apa saja didalam kelas selama apa yang dilakukannya didalam kelas tidak menyimpang atau pun melanggar peraturan kelas yang sudah disepakati bersama.
c.       Peserta didik boleh berekspresi dengan cara apapun dalam menerima materi pelajaran dari guru. Selama ekspresi tersebut tidak mengganggu teman dalam kelasnya dan juga keberlangsungan kegiatan belajar mengajar dalam kelas.[5]
Dalam hal ini guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik dengan memegang teguh batasan-batasan kebebasan tersebut.
4.      Pendekatan Resep
Resep dapat diartikan sebagai keterangan dokter tentang obat serta takarannya. Kemudian, jika dikaitkan dengan makanan, resep dapat diartikan sebagai keterangan tentang bahan dan cara memasak makanan. Jadi dalam konteks manajemen kelas, resep dapat diartikan sebagai keterangan tentang cara bagaimana mengelola suatu kelas. Resep tersebut terwujud dalam berbagai aturan-aturan kelas yang dibuat dan disepakati secra bersama-sama. Dengan demikian, pendekatan resep dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang berasumsi bahwa kelas dapat dikelola dengan baik melalui pembuatan dan penerapan aturan kelas.[6]
5.       Pendekaan Pengajaran
Pengajaran dapat diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan. Jadi, dalam konteks manajemen kelas, pendekatan pengajaran dapat diartikan sebagai cara pandang yang beranggapan bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan kegiatan mengajar itu sendiri. Dalam konteks manajemen kelas, perencanaan pengajaran ini memiliki empat fungsi:
a.    Perencanaan pengajaran dapat dijadikan media untuk menemukan dan memecahkan masalah belajar di dalam kelas.
b.    Perencanaan pengajaran dapat mengarahkan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas.
c.    Perencanaan pengajaran dapat dijadikan dasar dalam memanfaatkan berbagai sarana belajar di kelas.
d.   Perencanaan pengajaran dapat dijadikan sebagai barometer untuk mengukur dan meramalkan hasil kegiatan belajar mengajar yang hendak dicapai.[7]
6.      Pendekatan Perubahan Perilaku.
Pendekatan perubahan perilaku ini dapat disinonimkan dengan behavior modification. Perilaku sendiri dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Dalam konteks manajemen kelas, pendekatan perubahan perilaku dapat diartikan sebagi cara pandang guru yang menyatakan bahwa perilaku peserta didik yang negatif harus diubah agar tercipta kondisi kelas yang kondusif.
Dalam pendekatan perubahan perilaku ini, untuk membina perilaku peserta didik yang dikehendaki, seorang guru sebagai manajer kelas dituntut untuk memberikan penguatan positif atau memberi dorongan positif sebagai hukuman dan guru juga dituntut untuk memberikan negatif, yakni menghilangkan hukuman atau stimulus negatif.[8]
Penguatan ini sendiri ada dua macam yakitu:
a.       Penguatan primer (primary or unconditioned reinforces) yang menjadi penguatan tanpa dipelajari seperti makanan, air, kehangatan badaniah, dsb.
b.      Penguatan sekunder (secondary or conditioned reinforcers) yang menjadi penguat dari hasil proses belajar. Penguatan sekunder ada yang dinamakan penguatan sosial (perhatian, pujian), penguatan simbolik (nilai, pujian, atau tanda-tanda penghargaan lainnya), penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan, kuis).
Dari segi waktu pemberiannya penguatan dibedakan:
1.      Penguatan yang diberikan secara terus-menerus (diberikan setiap kali terjadi penguatan terjadi perbuatan “baik”)
2.      Penguatan dalam jangka waktu tertentu (setiap sekian kali perbuatan “baik” terjadi). Misalnya setiap tiga kali peserta didik datang ke sekolah dengan kuku bersih.
Makna penguatan sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima secara unik.
Hukuman merupakan sarana pengelolaan kelas yang kontroversial. Hukuman merupakan alat yang efektif untuk segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki di samping sekaligus bisa merupakan suri tauladan bagi peserta didik lain karena secara tegas mendefinisikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, namun efek sampingnya serius. Misalnya hubungan pribadi antara guru (penghukum) dan peserta didik (terhukum) dapat terganggu, peserta didik (terhukum dan juga yang lain) mungkin menggeneralisasikan tingkah laku  yang dihukum, misalnya peserta didik kapok mengemukakan pendapat atau peserta didik yang dihukum justru menjadi “pahlawan” dimata kawan-kawan.[9]


Beberapa pandangan mengenai hukuman:
a.       Panggunaan hukuman itu hendak lah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan dari hukuman.
b.      Penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang.
c.       Penggunaan hukuman secara bijak sana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat, tetapi guru harus berhati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu. Adapun keuntungannya:
1.      Hukuman dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang dan dapat mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2.      Hukuman berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan pernyataan bahwa siswa dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3.      Hukuman berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa siswi lain dengan kenyataan bahwa hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswi lain meniru tingkah laku yang mendapat hukuman itu.
Adapun kerugiannya:
1.      Hukuman dapat ditafsirkan salah.
2.      Hukuman dapat menyebabkan siswa yang bersangkutan menarik diri sama sekali.
3.      Hukuman dapat menyebabkan siswa agresif.
4.      Hukuman dapat menimbulkan reaksi negatif dari kawan-kawan siswa yang bersangkutan.
5.      Hukuman dapat menimbulkan sikap negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya (Direktorat Pendidikan Tinggi, 1993).[10]
Dari pemaparan diatas hukuman mempunyai dampak negatif dan positif, sehingga seorang guru harus mempertimbangkan hukuman apa yang dapat meminimalisir dampak negatif seperti yang dipaparkan diatas, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

7.      Pendekatan Sosio-Emosional
Dalam pendekatan sosio-emosional ini manajemen kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio-emosional yang positif dalam kelas. Jadi dalam konteks manajemen kelas, pendekatan ini dapat diartikan sebagai cara pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik serta antar peserta didik.
Pendekatan sosio-emosional ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a.    Kegiatan pengajaran yang efektif mensyaratkan adanya kondisi sosio-emosional yang baik atau adanya jalinan hubungan interpersonal yang baik diantara pihak yang terlibat dengan pengajaran itu.
b.    Guru menjadi kunci utama dalam pembentukan kondisi sosio-emosional yang sehat.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Menurut pendekatan ini, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial dan proses kelompok merupakan yang paling utama. Jadi pendekatan kerja kelompok merupakan cara pandang seorang yang menyatakan bahwa pengelompokan peserta didik kedalam beberapa kelompok dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menciptakan kelas yang kondusit. Kegiatan yang sering dilakukan untuk menerapkan pendekatan kerja kelompok ini adalah resitasi, yaitu memberikan tugas kepada peserta didik secara berkelompok.[11]
Menurut Conny Semiawan dkk (1985: 67), pengelompokan  anak didik dirumuskan sebagai berikut:
a.       Pengelompokan menurut kesenangan berkawan. 
Pada kelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa kelompok atas dasar perkawanan atau kesenangan bergaul diantara mereka.
b.      Pengelompokan menurut kemampuan.
Kenyataan menunjukkan dalam mempelajari sesuatu ada anak didik yang pandai, sedang, lambat. Untuk memudahkan pelayanan guru, anak didik dikelompokkan kelompok cerdas, sedang, dan lambat.
c.       Pengelompokan menurut minat.
Ada anak didik yang senangan menulis, sedang yang lainnya senang matematika, ilmu sosial, ilmu pendidikan alam. Anak didik yang berniat melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokkan, pada situasi seperti ini guru perlu terus-menerus mengamati anak didik disamping itu guru perlu memberi dorongan kepada anak didik untuk berpindah dari satu kegiatan kegiatan yang lain. Adapun pola dalam membentuk kelompok-kelompok dapat dilakukan dengan cara berikut:
1.      Pembentukan kelompok diserahkan kepada anak didik.
2.      Pembentukan kelompok diatur oleh guru sendiri.
3.      Pembentukan kelompok diatur oleh guru atau usul anak didik.[12]
9.      Pendekatan Elektik dan Pluralistik
Pada pendekatan elektrik atau pluralistik, pengelolaan kelas dilakukan dengan menggunakan berbagai macam pendekatan yang dilakukan. Jadi, dalam konteks manajemen kelas, pandangan elekstrik atau pluralisme dapat didefinisikan sebagai cara pandang seseorang guru beranggapan bahwa guru dapat memilih dan memadukan berbagai pendekatan. Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh guru sebagai manajer kelas dalam menerapkan pendekatan ini.
a.       Guru harus mengusai pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas.
b.      Guru dapat memilih pendekatan yang tepat dan menerapkannya sesuia dengan masalah manajemen kelas yang sedang dihadapinya.[13]
Didalam redaksi lain menambahkan pendekatan teknologi dan informasi, sehingga tidak hanya Sembilan pendekatan saja melainkan sepuluh pendekatan. Penjelasannya sebagai berikut:
Pendekatan teknologi dan informasi. Pendekatan teknologi dan informasi dalam manajemen kelas berasumsi bahwa pembelajaran tidak cukup hanya dengan kegiatan ceramah dan transfer pengetahuan, bahwa pembelajaran yang modern perlu memanfaatkan teknologi dan informasi dalam kelas. Pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi sangat dibutuhkan oleh peserta didik sesuai dengan perkembangan jaman. Pemanfaatan teknologi dan informasi adalah basis dalam pengembangan pembelajaran di dalam kelas, baik dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut (praktik), maupun kelas yang diatur dengan alat teknologi yang memungkinkan peserta didik dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat teknologi tersebut.
Teknologi tidak terpaku pada  pembelajaran komputer dan informasi tidak hanya terfokus pada ternologi komputer saja. Terdapat berbagai alat lainnya yang juga bisa dimanfaatkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, misalnnya teknologi telepon, faksimile, video berteknologi tinggi dann berbagai alat lainnya. Seorang guru perlu memahami bahwa teknologi dapat menyediakan informasi, membangun pengetahuan dan keterampilan peserta didik, serta menyediakan akses sumber belajar lainnya. Guru berkepentingan untuk memilih dan menentukan teknologi dan informasi apa yang dibutuhkan terutama kaitannya dengan kepentingan spesifikasi kegiatan belajar yang harus dilakukan oleh peserta didik serta hasil yang ingin dicapai. Pembelajaran  berbasis teknologi  dan informasi akan mempermudah proses pembelajaran.[14]
            Ini lah beberapa pendekatan dalam pengelolaan kelas.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan pengeloaan kelas dapat diartikan sudut pandang seorang guru dalam kegiatan pengelolaan kelas.
Pendekatan pengelolaan kelas sebagai berikut:
a.       Pendekatan kekuasaan
b.      Pendekatan ancaman
c.       Pendekatan kebebasan
d.      Pendekatan resep.
e.       Pendekatan pengajaran
f.       Pendekatan perubahan perilaku.
g.      Pendekatan sosio- emosional
h.      Pendekatan kerja kelompok
i.        Pendekatan elektrik dan pluralistic
j.        Pendekatan teknologi dan informasi.

















[1] Hasan Alwi dkk, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 246.
[2] Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan plikasi untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), 105.
[3] Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 145-146.
[4] Ibid, 106-110.
[5] Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 110.
[6] Ibid, 110-112.
[7]Suwardi, Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi (Surabaya: JP Book, 2007), 31.
[8] Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 115-123
[9] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 171.
[10] Mulyadi, Classroom Management (Malang: Aditya Media, 2009), 40-42.
[11] Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 115-122
[12] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Educative (Jakarta: PT. Reneka Cipta, 2010), 180-182.
[13] Novan Ardy W, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi untuk ,,, 122-123.
[14] Evis Karwati, dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas classroom management (Bandung: Alfabeta, 2014), 15-16.
afaddress.blogspot.pendekatan pengelolaan kelas. afaddress.blogspot.pendekatan pengelolaan kelas. com

Tidak ada komentar: