|
1.
|
MENEMUKAN MASALAH
|
Pendidikan merupakan bimbingan dan
pelatihan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta secara sadar dan
terencana. Pendidikan juga di artikan sebagai transfer ilmu dari pendidik dan
pieserta didik melalui kegiatan pembelajaran, pelatihan dan pengajaran baik
secara formal maupun non- formal. Sampainya kepada tujuan pendidikan. Tak bisa
di pungkiri bahwa, pada zaman ini, pendidikan menjadi sorotan dunia. Pasalnya
pendidikan adalah wahana mengembangkan segala potensi yang dimiliki manusia
baik anak-anak, dewasa, dan lansia untuk menjadikan pijakan dalam masa yang akan
dating.
Berbica mengenai pendidikan tentunya
tidak terlepas dari unsure-unsur dalam pendidikan yang kesemua unsure
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Seperti yang diketahui bahwa unsure
dalam pendidikan adalah, peserta didik, orang yang membimbing (pendidik),
interaksi antara pendidik dan peserta didik dan lain-lain.
Pengajaran dalam pendidikan memerluka
pendekatan yang khusus terhadap peserta didik yang dilakukan pada saat proses
pengajaran berlangsung. agar kegiatan pengajaran berjalan dengan kondusif
sehingga rumuskan. Berkaitan dengan pendekatan seorang pendidik kepada
peserta didik dalam proses pengajaran. Seorang pendidik tentunya harus bisa
memilih pendekatan yang sesuai dengan berbagai perbedaan yang dating dari
peserta didik. Antara pada kanakkanak, remaja dan dewasa.
Pendidikan orang dewasa adalah suatu
proses interaksi dalam pembelajaran yang didasarkan kepada kemauan dan
kebutuhan orang dewasa itu sendiri yang bertujuan untuk menjadikan orang
dewasa menjadi pribadi yang mandiri. Dalam membelajarkan orang dewasa
sangatlah berbeda dengan membelajarkan anakanak. Orang dewasa adalah
seseorang yang kaya akan pengalaman. Yang akan mau belajar jika dia merasa
butuh akan sesuatu itu yang menjadikan dirinya untuk mampu mengarahkan
dirinya sendiri dan mampu memenuhi kebutuhannya, dikarenakan orang dewasa
juga memiliki suatu asumsi-asumsi dan prinsip-prinsip dalam belajar orang
dewasa.
Dengan belajar orang dewasa akan
mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang
dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup tidak hanya pada
pencarian ijazah saja. Pengalaman merupakan sumber terkaya daiam pembelajaran
sehingga orang dewasa semakin kaya akan pengalaman dan termotifasi untuk
melakukan upaya peningkatan hidup. Sifat belajar orang dewasa bersifat
subjektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa untuk semakin
berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan
dapat tercapai.
Orientasi belajar berpusat pada
kehidupan, dengan demikian orang dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan
nilai yang bangus akan tetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan
kehidupannya. Dari keterangan di atas, peneliti melakukan observasi terhadap
salah satu lembaga pendidikan Al Qur'an yaitu, Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo.
Di tempat peneletian ini, peneliti melihat jalannya proses pengajaran membaca
Al Qur'an. Peserta didik yang mengikutinya sudah berusia dewasa (ibu-ibu).
Dari proses pengajaran, peneliti
mendapati beberapa hal yang berkaitan dengan pendekatan yang di gunakan oleh
pendidik. Di lembaga tersebut terlihat jelas, pendidik mengunakan pendekatan
pedagogi padahal seharusnya untuk menerapkan pendekatan yang cocok untuk
kalangan orang dewasa yaitu andragogi. Melihat bahwa orang dewasa memiliki
cara tersendiri dalam proses pengajaran maka pendidik sendiri harus memahami
dan mengerti apa dan bagaimana caranya menerapkan pendekatan andragogi di
lembaganya, agar proses pengajaran berjalan selaras dengan tujuan
pengajarannya.
Peneliti juga melihat, pendidik di
lembaga tersebut kesulitan dalam menerapkan pendekatannya. Hal ini di
buktikannya dengan proses pengajaran yang menjadikan peserta didik menjadi
objek pengajaran saja. Sehingga proses pengajaran kurang maksimal. Selain hal
demikian, peneliti melihat bahwa antara pendidik dan peserta didik di lembaga
tersebut memiliki usia yang tak jauh berbeda bahkan ada yang melebihi umur
si-pendidik tersebut sehingga berdampak kepada proses pengajaran di Rumah
Syaamil Qur’an Ponorogo.
|
|
2.
|
MELAKUKAN IDENTIFIKASI MASALAH
|
Dari penemuan- penemuan masalah yang
telah dijelaskan di atas. Nampak terlihat bahwa terdapat masalah-masalah yang
kiranya membuat peneliti ingin meneliti lebih mendalam yang berkaitan dengan
pengaplikasian pendekatan andragogi yang di gunakan oleh guru AL-Qur’an di Rumah
Syaamil Qur’an Ponorogo dapat peneliti identifikasi dari penemuan- penemuan
masalah di Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo yaitu :
1. Sulitnya pengajar dalam mengimplementasikan
pendekatan andragogi dalam pembelajaran membaca Al-Qur'an.
2. Proses pembelajaran yang ada masih menggunakan
pendekatan paedagogi.
3. Orang dewasa yang mempunyai
karakteristik yang unik dan berbeda-beda dalam menyikapi pembelajaran.
4. Kesejajaran umur antara pendidik dan
peserta didik membuat pembelajaran membaca Al Qur'an kurang bisa kondusif.
|
|
3.
|
MENENTUKAN FOKUS PENELITIAN
|
Karena keterbatasan
waktu dan juga refrensi, peneliti hanya memfokuskan penelitian terhadap
halhal Berdasarkan identifikasi masalah di atas. Yaitu sebagai berikut:
1. Implementasi Pendekatan andragogi di
Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo.
2. Faktor-faktor pendukung dan
penghambat Implementasi Pendekatan andragogi di Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo
|
|
4.
|
MELAKUKAN DIALOG TEORITIK”MENGAPA FENOMENA
TERSEBUT DIKATAKAN MASALAH DAN LAYAK UNTUK DI TELITI”
|
Implementasi
merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap (DEPAG RI, 2004: 21).
Syaifudin Nurdin (2002: 70-72) mengutip beberapa ahli seperti, majone, yang
mengemukakan implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan, dan mclaughlin berpendapat implementasi merupakan syistem
rekayasa. ( Popi Supiatin, Menejemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa,
(Cilegon: Ghalia Indonesia, 2010) 171).
Istilah andragogi berasal dari
bahasa Yunani "andra dan agogos”. Andra berarti “orang dewasa” dan
agogos artinya “memimpin atau membimbing”, sehingga andragogi diartikan ilmu
tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Malcolm Knowles
tahun 1970 mempublikasikan karyanya yang berjudul "The Adult Learner, A
Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang
dewasa. Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner/andr artinya orang dewasa,
dan agogus artinya memimpin/ membimbing. Secara harfian andragogi diartikan
sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang
dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam
andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari siswa bukan
kegiatan mengajar guru, sehingga andragogi diartikan sebagai seni dan
pengetahuan membelajarkan orang dewasa. Andragogi merupakan suatu proses
pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi disebut
juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran. (Mustofa
Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
(Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 1, h. 288).
Peserta didik adalah setiap
orang yang menerima pengaruh dari seseoramg atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik adalah unsure manusiawi yang
penting dalam kegiatan interaktif edukativ. Ia di jadikan sebagai pokok
persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. (Hasan Basri,
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 90.
Masa dewasa, untuk merumuskan kapan
usia dewasa berlangsung, berbeda-beda dalam berbagai budaya, misalnya di
Indonesia, seorang individu dikatakan berusia dewasa jika sudah menikah
meskipun secara kronologis maupun mental belum dewasa. Namun demikian,
pandangan Hurlock dan laura e. Berk menetapkan bahwa setatus kedewasaan
dimulai sekitar usia 18 sampai dengan 40 tahun dikatakan masa dewasa awal,
usia pertengahan atau dewasa madya sekitar usia 40 tahun sampai dengan 60
tahun, masa dewasa lanjut
lai pada usia 60
tahun sampai dengan kematian. (Elfi Yuliani Rochmah. Psikologi Perkembagan. (Ponorogo: STAIN Po Prees, 2014)
209.)
Orang dewasa diasumsikan memiliki
kebutuhan terhadap pengetahuan (the need to know). Kecenderungan orang dewasa
sebelum mempelajari sesuatu, mereka memandang perlu untuk mengetahui mengapa
mereka harus mempelajarinya. Kebutuhan orang dewasa terhadap pengetahuan
menunjukkan pentingnya aktivitas belajar sepanjang hayat (life long
education). Dengan alasan kebutuhan, orang dewasa akan mendorong dirinya
untuk belajar (learning to learn) sehingga dapat merespon dan menguasai
secara cerdas berbagai pengetahuan yang berkembang seiring dengan pesatnya
perkembangan zaman. Selain itu, orang dewasa diasumsikan pula memiliki
motivasi. Dengan kata lain, 'dewasa berarti orang yang memiliki motivasi
instrinsik yang dapat bertahan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar tanpa
ada tekanan eksternal, baik dalam bentuk sanksi atau hukuman (punishment)
maupun hadiah (reward). Orang dewasa memiliki kebebasan untuk meneruskan
aktivitas belajar atau menundanya, demikian pula menghentikan aktivitas lain
demi kelangsungan kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan hal ini, Nur A.
Fadhil Lubis mengatakan bahwa kondisi pembelajaran andragogis harus
diwujudkan sedemikian rupa untuk memotivasi peserta didik dewasa merasakan
kebutuhan belajar. Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu
memperhatikan prinsip-prinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa.
Prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Orang dewasa memiliki konsep diri.
Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat suatu keputusan,
dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan yang diambil, dan dapat
mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri amat penting bagi orang
dewasa, dan ia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya.
Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif
oleh orang dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa
dihargai dan difasilitasi oleh pendidik, maka mereka akan melibatkan diri
secara optimal dalam pembelajaran. Kegiatan belajarnya akan berkembang ke
arah belajar antisipatif (berorientasi ke masa depan) dan belajar secara
partisipatif (bersama orang lain) dengan berpikir dan berbuat di dalam dan
terhadap dunia kehidupannya.
2. Orang dewasa memiliki akumulasi
pengalaman, Setiap orang dewasa mempunyai pengalaman situasi, interaksi, dan
diri yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya sesuai dengan perbedaan
latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman situasi merupakan
sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat digunakan
untuk merespons situasi saat ini. Pengalaman interaksi menyebabkan
pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat
dirinya dari segi pandangan orang lain. Pengalaman diri adalah kecakapan
orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Implikasi
praktis dalam pembelajaran, orang dewasa akan mampu berurun rembug
berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Pengalaman biasa dapat
dijadikan sumber yang kaya untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Orang
dewasa mempelajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai dengan menggunakan
pengalaman lama. Sejalan dengan itu, peserta didik orang dewasa perlu
dilibatkan sebagai sumber pembelajaran. Pengenalan dan penerapan
konsep-konsep baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki
orang dewasa.
3. Orang dewasa memiliki kesiapan
belajar, Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama dengan peran yang ia
tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/pekerjaan. Implikasinya
urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang
diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran.
Penyesuaian materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan kebutuhan
belajar dan tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa.
4. Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan
hasil belajarnya, Orang dewasa berpartisipasi dalam pembelajaran, karena ia
sedang merespons materi dan proses pembelajaran yang berhubungan dengan peran
dalam kehidupannya. Kegiatan belajarnya senantiasa berorientasi pada realitas
(kenyataan). Oleh karena itu, pembelajaran perlu mengarah pada peningkatan
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kebutuhannya.
Implikasi praktisnya, pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah
yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya. Pengalaman
belajar hendaklah dirancang berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi
orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah dalam pekerjaan, peranan sosial
budaya, dan ekonomi. Belajar yang berorientasi penguasaan keterampilan
(skills) menjadi motivasi kuat dalam pembelajaran orang dewasa.
5. Orang dewasa memiliki kemampuan
belajar, Kemampuan dasar untuk belajar tetap dimiliki setiap orang sepanjang
hayatnya, khususnya orang dewasa. Penurunan kemampuan belajar pada usia tua
bukan terletak pada intensitas dan kapasitas intelektualnya, melainkan pada
kecepatan belajarnya. Implikasi praktisnya, pendidik perlu mendorong orang
dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya
dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan oleh orang dewasa.
6. Orang dewasa dapat belajar efektif
apabila melibatkan aktivitas mental dan fisik, Orang dewasa dapat menentukan
apa yang akan dipelajari, dimana, dan bagaimana cara mempelajarinya, serta
kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan melibatkan
pikiran dan perbuatan. Implikasi praktisnya, orang dewasa akan belajar secara
efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan
kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media,
metode, teknik dan pengalaman belajar. (Djudju Sudjana, “Andragogi Praktis,”
dalam R. Ibrahim, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung: Imperial Bhakti
Utama, 2007), vol. 2, h. 2-6).
Perlunya penerapan prinsip andragogi
dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya membelajarkan
orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan anak. Membelajarkan anak
(pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman
dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan
di masa datang. Apa yang ditransriisikan didasarkan pada pertimbangan warga
belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi warga belajar di
masa datang. Sebaliknya, pembelajaran orang dewasa (andragogi) lebih menekankan
pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan
yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan
suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga
belajar. (Budiningsih, 2005). Tujuan pendidikan orang dewasa sangat
bervariasi, tergantung pada visi dan misi lembaga yang menyelenggarakannya.
Sebagai gambaran tujuan umum penulis akan menguti tujuan pendidikan nasional
Indonesia yang dirumuskan oleh MPR, yaitu meningkatkan ketakwaan terhadap
tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.( Suprijanto,
Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta : PT.Bumi Aksara ),28.)
Sejatinya pendidikan orang dewasa
dapat mengakomodir segala aspek yang dibutuhkan orang dewasa yang terkait
dalam aktivitas pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik
apabila metode dan teknik pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan
diri (ego peserta didik) adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang
dewasa. Karena itu, idealnya dalam pendidikan orang dewasa dapat dilaksanakan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1. Menciptakan iklim belajar yang cocok
untuk orang dewasa.
2. Menciptakan struktur organisasi
untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
3. Mendiagnosis kebutuhan belajar.
4. Merumuskan tujuan belajar.
5. Mengembangkan rancangan kegiatan
belajar.
6. Ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan
dan penyusunan pengalaman belajar, dan.
7. Berpartisipasi dalam mengevaluasi
proses dan hasil kegiatan belajar. Dengan demikian setiap pendidik harus
melibatkan peserta didik seoptimal mungkin dalam kegiatan pembelajaran. 8.
Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar (evaluasi). (Zainuddin Arif, Andragogi
(Bandung: Angkasa, 2012), 12.)
Kemampuan adalah kesanggupan untuk
mengingat, artinya dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti
ada suatu indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan menimbulkan
kembali dari sesuatu yang diamatinya. (Ahmadi, H. Abu. 1998. Psikologi Umum.
(Jakarta: PT Rineka Cipta), 70).
Kemampuan memiliki unsur yaitu skill
(keterampilan). keterampilan merupakan salah satu unsur kemampuan yang dapat
dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu keterampilan merupakan keahlian
yang bermanfaat untuk jangka panjang. ( Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru
Profesional, (Jogjakarta, Prisma Sophie Cet. I, 2004), 144.)
|
|
5.
|
KEGELISAHAN PENELITI.
|
Pengaplikasian pendekatan andagogi
yang tidak mudah dilakukan oleh seorang pendidik membuat peneliti ingin
mengetahui lebih mendalam mengenai pendekatan andragogi yaitu sebagai
berikut:
1. Peneliti ingin tau pengaplikasian
pendekatan andagogi di Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo.
2.
Pengaplikasian
pendekatan andragogi yang
tidak mudah, peneliti ingin meneliti lebih
mendalam terkait faktor-faktor pendorong dan penghambat pendekatan andragogi
di Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo
|
|
6.
|
MELAKUKAN PENJAJAKAN AWAL DILOKASI
PENELITIAN.
|
Setelah peneliti merasa gelisah dan
ingin mengetahui tentang bagaiinana implementasi pendekatan andragogi dalam
pelatihan membaca Al Qur'an untuk orang dewasa di Rumah Syaamil Qur’an
Ponorogo, maka peneliti melakukan observasi awal , yaitu sebagai berikut.:
1. Peneliti menemukan peserta didik di Rumah
Syaamil Qur’an Ponorogo datang terlambat.
2. Peneliti menjuinpai ada sebagian peserta
didik yang kurang konsentrasi terhadap pengajaran.
3. Peneliti menjumpai metode dan pendekatan yang
kurang tepat terhadap ibu-ibu yang di gunakan oleh pendidik di Rumah Syaamil
Qur’an Ponorogo, yaitu pendidik menggunakan pendekatan pedagogi.
4. Pendidik terlihat berkuasa atas
jalan nya proses pengajaran di Rumah Syaamil Qur’an Ponorogo.
5. Proses pengajaran kurang kondusif
dan terlihat hubungan antara pendidik dan peserta didik kurang harmonis
|
Jumat, 08 Februari 2019
Lembar pengajuan judul Skripsi Kualitatif
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar