Selasa, 03 Januari 2017


                Resum Buku Filsafat Pendidikan Islam

Pengarang buku          : Abdul Aziz
Judul Buku                  : Filsafat Pendidikan Islam
Kota Penerbit              : Yogyakarta
Penerbit                       : Teras
Jumlah Bab                 : 6 Bab
Tahun Terbit                : 2009

Di susun oleh:
Achmad Qolik Khoirudin          (210314256)

Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Ponorogo
 2016- 2017




BAB I
Pengertian Ruang Lingkup, Obyek, Metode dan Peranan Filsafat Pendidikan Islam.

A.     Pengertian filsafat pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu “filsafat dan pendidikan islam”.
Filsafat sendiri berasal dari Bahasa Yunani kuno “ cinta akan hikmah” menurut nasution filsafat adalah berfikir menurut tata tertib ( logika) dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam dalamnnya sehingga sampai kedasar dasar persoalan.
      Pengertian dari pendidikan islam sendiri belum memiliki rumusan yang disepakati oleh para ahli pendidikan, namun pada tahun 1977 diadakan konfrensi internasional pendidikan islam pertama di University Jeddah, dan belum juga merumuskan devinisi yang jelas mengenai pendidikan islam itu sendiri. Hanya saja membuat kesimpulan bahwa pengertian dari definisi pendidikan islam adalah keseluruhan pengertian dari “tarbiyyah, ta’lim, dan takdib”.
      Dari pengertian diatas bahwa, secara khusus filsafat pendidikan islam adalah suatu analisis atau pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan metodologis untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.[1]

B.     Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam.
Adapun ruang lingkupnya menyangkut dalam bidng-bidang sebagai berikut:
1.      Kosmologi.
Yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang beerhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan tuhan.
2.      Ontology.
Pemikiran terhadap asal usul kejadian alam semesta, dari mana dan kemana proses kejadiannya.
3.      Philosopy of mind.
Pemikiran tentang jiwa. Dan bagaimana hubungannya dengan jasmani.
4.      Epistiemologi.
Pemikiran tentang apa dan bagaimana pengetahuan manusia diperoleh.
5.      Aksiologi
Pemikiran tentang nilai-nilai dari tuhan.

C.     Obyek filsafat pendidikan islam.
1.      Obyek matrial.
a.       Hakikat tuhan
b.      Hakikat alam
c.       Hakikat manusia
2.      Obyek formal.
Usaha mencari keterangan secara radikal tentang obyek matrial filsafat.

D.    Metode Filsafat Pendidikan Islam
1.      Spekulatif dan kontemplatif
2.      Pendekatan normative
3.      Pendekatan analisa konsep
4.      Pendekatan historis
5.      Pendekatan ilmiah
6.      Pendekatan koperhensif dan terdan pada.

E.     Peran filsafat pendidikan Islam
Menghasilkan teori-teori baru dalam dunia pendidikan Islam dan bagaimana filsafat pendidikan Islam juga bisa mengembangkan serta memberikan paradigm baru tentang pelaksanaan pendidikan Islam.




BAB II
Hakikat Manusia Dalam Pendidikan Islam
( Kajian Ontology)

A.     Hkikat fitrah Manusia.
1.      Manusia memiliki hakikat sebagai mahluk dwi tungga. Yaitu terdiri dari dua unsur, unsur rohani dan jasmani, (unsur halus dan unsur kasar, unsur jiwa dan unsur raga).
2.      Manusia sebagai mahluk individu dan sebagai mahluk sosial.
3.      Manusia mahluk bertuhan.
Dihubungan dengan perinsif pendidikan Islam maka pandangan Islam terhadap manusia dapat dilihat dari empat aspek, yaitu:
1.      Manusia sebagai mahluk mulia
2.      Manusia sebagai mahluk kholifah Allah SWT, dimuka bumi.
3.      Manusia sebagai mahluk yang bertanggung jawab.

B.     Potensi ruhani Manusia.
1.      Hakikat ruh
Ruh adalah nyawa atau sumber hidup. aliran “upnisand samkhanya” memandang dua unsur asal manusia, ruh dan zat. Selama ruh ditawan oleh zat maka selama itulah masih ada kelahiran dan sebaliknnya. Aliran filsafat ari totels memandang bahwa ruh dan zat itu hakikat.
            Dalam Al Qur’an sering disebut mengenai ruh. Namun mempunyai makna yang berbeda- beda seperti, ruh beda dengan nafas, adakalannya pemberian hiup dari Allah.
2.      Hakikat qolbi (hati)
Qolbu berperan sebagai sentral kebaikan dan kejahatan. Nama lain dari qolbu yaitu dhomir karena sifatnya tersembunyi, fu’ad karena sebagai tumpuan tanggung jawab manusia. Luthuf karena sebagai sumber berperan halus. Dan qolbu sendiri sebagai pusat penalaran, pemikiran dan berkehendak,(Q.S. 22:46)
3.      Hakikat aqol (akal).
Akal bukan rasio dan rasio bukanlah akal, namun akal merupakan jalinan dari rasa dan rasio, yang mampu menagkap segala sesuatu yang ditangkap oleh indra.
4.      Hakikat nafsu.
Manusia memiliki tiga kehendak seperti yang di kemukakan Sigmund Frued, yaitu: id, super ego dan ego. Dalam islam,an- nafsu, pengertiannya sulit ditentukan, pembagiannya bannyak dan memili ciri- ciri, dan juga kecenderungan- kecendrungan berbeda- beda. Misal Imam Al Ghozali membeeri arti nafsu adalah:
a.       Dorongan dua kekuatan, dorongan menjauh dan mendekat.
b.      Nafsu yang mempunnyai sifat halus yang mencerminkan kebaikan manusia.

C.     Manusia sebagai Kholifatullah
Manusia dimuka bumi adalah sebagai wakil Allah Swt.”Q.S. 2: 30,38: 26), sebagai penerus dan pengganti, mengatur, menerima amanah, memimpin diri sendiri, keluarga, masyarakat dan semua itu sebagai “Kholifah Allah” kaitanya dengan pendidikan Islam adalah, pertama, memberi kontribusi antar person dan antar umat untuk hidup saling mengisi dan melengkapi kekurangan- kekurangan masing- masing. Kedua, menjadikan alam sebagai sumber pengetahuan. Ketiga, melatih manusia menjadi menejer dan memimpin yang berkopetensi tinggi dengan kemampuan yang professional dalam mengelola alam dan memanfaatkannya. Keempat, melatih sikap dan jiwa manusia, kelima, membentuk manusia seutuhnya.

D.    Manusia sebagai Warosatul anbiya’
Kehadiran nabi Muhammad pada hakikatnya adalah sebagai “romatan lil ‘alamin” yakni suatu misi mengajak manusia dan seluruh sekalian alam untuk tunduk dan taat pada syariat dan hokum- hokum Allah.

E.     Dimensi hubungan Manusia dalam kehidupan.
Manusia memiliki kemampuan mengabstrakkan sesuatu, akal melepaskan benda tersebut dari sifat –sifat material, lalu membandingkan dengan benda-benda lain yang serupa dengannya, dan memproduksi sebuah konsep bersama, sehingga manusia dapat berkembang.
1.      Hubungan manusia dengan tuhannya.
Adapun cara untuk mengenal tuhannya adalah sebagai berikut:
a.       Melalui wahyu.
b.      Melalui hikmah.
c.       Melalui fitrah.
Dengan demikian manusia akan mengenal tuhannya sehingga tujuan hidup akan menjadi terarah, setelah mengenal maka menjalankan tugasnya, yaitu:
a.       Menyembah dengan segala titahnnya.
b.      Berjanji mentaati segala titahnya.
c.       Tidak boleh memikirkan Dzat Allah Swt.[2]
2.      Hubungan manusia dengan sesama manusia.
Hubungan manusia dengan manusia bersumber dari undang-undangan yaitu Al Qur’an dan Hadis yang didalamnya terkandung beberapa perinsip.
Adapun perinsipnya adalah:
a.       Persatuan umat Islam.
b.      Mengakui hak- hak asai manusia.
c.       Persatuan seagama.
d.      Toleransi beragama.
e.       Negara tanggungjawab bersama.
f.       Memberi hukuman kepada yang bersalah.
g.      Menjunjung tinggi azas perdamaian.
3.      Hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Alam merupakan bagian yang tidak bisa terlepaskan dari kehidupan manusia, karena sesungguhnya Allah menciptakan alam serta isinya ini untuk kesejahteraan manusia. Maka tugas manusia adalah, mengatur, mengelola dan melestarikan. Dan alam sendiri menyimpan berbagai ilmu yang dibutuhkan manusia.


BAB III
Epistimologi Dalam Pengembangan Pendidikan Islam.


A.     Pengertian Epistimologi.
Epistimologi berasal dari Bahasa yunani, “Episteme” yang berarti pengetahuan, sedang “Logos” berarti teori, uraian atau alan. Jadi epistimologi adalah sebuah teori tentang pengetahuan, atau dalam Bahasa inggris dikenal dengan “theory of knowledge
             Epistimologi adalah cabang dari filsafat yang berorentasi pada bagaimana pengetahuan manusia itu di dapat.

B.     Cabang-cabang Epistimologi.
1.      Epistimologi metafisis.
Epistomologi metafisis berangkat dari suatu faham tertentu dari sebuah kenyataan, lalu membahas bagaimana manusia itu mengetahui kenyataan itu.
2.      Epistomologi sekeptis.
Pembuktian terhadap sesuatu yang benar-benar nyata.
3.      Epistimlogi kritis.
Pemikiran yang berangkat dari asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran akal.

C.     Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan manusia dibagi kedalam tiga jenis, yaitu:
1.      Pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, atau menerapkan cara kerja metode ilmiah.
2.      Pengetahuan moral
Dari berbagai gerak badan dan kebiasaan orang lain, menimbulkan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan dan agama.
3.      Pengetahuan religious
Adalah pengetahuan manusia kepada tuhannya. Dan tidak berlaku secara rasio dan empiris.

D.    Pendekatan perolehan ilmu pengetahua
Di dalam sejarah filsafat secara lazim dikatakan bahwa pengetahuan diperoleh melalui salah satu dari empat jalan, yaitu:
1.      Pengetahuan yang diperoleh dari budi
2.      Pengetahuan diperoleh dari bawaan lahir
3.      Pengetahuan diperoleh dari indra-indra khusus, yaitu, pengelihatan, pendengaran, penciuman dan raba.
4.      Pengetahuan dari penghayatan langsung atau ilham.
Para filosof islam beberapa sumber dan sekaligus alat pengetahuan, yaitu:
1.      Alam tabi’at atau alam fisik. Melalui pengindraan
2.      Alam akal, mengolah objek sehingga menimbulkan pengetahuan.
3.      Analogi (tamsil), menyamakan, membandingkan suatu objek.
4.      Hati dan ilham,

E.     Kedudukan ilmupengetahuan dalam Islam.
Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan menempati kedudukan yang tinggi, itu dikarenakan peran ilmu sendiri sangat luar biasa disamping itu dengan ilmu manusia terangkat derajatnya, diantara pandangan Islam adalah:
1.      Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran, dasarnya Q.S 41: 53
2.      Ilmu pengetahuan sebagai perasarat amal sholeh. Q.S :35 : 28.
3.      Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber-sumber alam guna mencapai ridlo Allah SWT. Q.S 31:10.
4.      Ilmu pengetahuan sebagai alat penghubung daya fikir.
5.      Ilmu pengetahuan sebagai hasil daya fikir.
Dengan adanya berbagai ilmu pengetahuan itu dikembangkan dalam rangka melaksanakan amanah Allah dalam mengendalikan alam dan isinya.

F.     Implikasi ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan Islam.
1.      Mengetahui kebenaran, dengan mengunakan dasar wahyu atau ilham pengetahuan atau kedua-duanya.
2.      Tugas bimbinan keagamaan.
Tugas ini menjadi rujukan yang dapt menyelesaikan masalah keagamaan serta serta menjelaskan yang halal dan haram.
3.      Tugas komunikasi umat.
4.      Tugas menegakkan agama islam.
5.      Tugas mempertahankan hak-hak umat.
6.      Berjuang melawan musuh-musuh islam.
Menurut Imam Al Ghozali, ilmu pengetahuan dibagi menjadi:
1.      Ilmu yang tercela
2.      Ilmu yang terpuji.
3.      Dan ilmu yang terpuji pada taraf tertentu. [3]


BAB IV
Implikasi Nilai Dalam Pendidikan Islam (Kajian Aksiologi)

A.     Pengertian nilai.
Nilai adalah sesuatu yang tidak terbatas yang artinnya segala sesuatu yang ada di jagat raya ini adalah bernilai, sedang nilai dalam filsafat sebagai aksiologi. Nilai juga dikatakan perinsip dan hakikat makna, landasan dari sesuatu. Maka, nilai dan implikasi terhadap pendidikan adalah pendidikan menilai dan menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut didalam kehidupan manusia dan membina didalam kepribadian anak.

B.     Macam-macam nilai
1.      Nilai logika.
Nilai logika mencangkup pengetahuan, penelitian, keputusan, penuturan, pembahasan, teori atau cerita.
2.      Nilai etika.
Nilai etika yaitu berkaitan dengan melayani orang lain dan cinta kepada orang lain.
3.      Nilai religious.
System nilai islam yang hendak dibentuk dalam pribadi anak didik dalam wujud keseluruhannya dapat diklarifikasikan kedalam norma- norma.

C.     System nilai dan tauhid dalam Islam
Islam tidak terdiri dari unsur-unsur tak serasi yang berserakan, melainkan suatu nilai keseluruhan yang terwujud dalam berbagai bnetuk yang di pandang sebagai manifestasi pribadatan kepada Allah Swt. Dan tauhid itu sendiri merupakan akar dari semua kenyataan dan proses system dalam akidah.
1.      Pendidikan kepribaadian dalam kehidupan manusia.
Secara definitive, kepribadian dapat dirumuskan:
a.       Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinnya yang unik lahir batin dan dalam antara hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnnya.
b.      Organisasi dari dinamis dari pada system-sistem phsycopisik dalam individu.
c.       Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku.
Dari ketiga batasan tersebut nampak jelas bahwa kepribadian adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang di jalani seseorang, kemudian terus berkembang membentuk sebuah potensi. Namun semua orang memiliki perbedaan mengenai tiga hal di atas.
Perkembangan dari potensi potensi esensial manusia secara kesatuan intregal inilah yang akan menentukan kualitas kepribadian manusia. Maka pendidikan kepribadian harus selalu berorentasi pada di atas.
2.      Konsep tentang individualitas manusia.
Kata individu tidak bisa dilepas atau dipisah-pisahkan jadi mahluk individu adalah manusia tidak bisa dipisah antara jiwa dan ragnya, rohani dan jasadnya. Dan selanjutnya individu tadi berkembang dan mempunyai kegiatan dalam kehidupan.
3.      Konsep tentang sosial manusia.
Selain memenuhi kebutuhan sendiri, manusia juga dapat mengembang kan potensinya dengan kontak sosial, timbal balik, selanjutnya ia dapat menyesuakin diri dengan kelomppoknya.
4.      Konsep manusia sebagai mahluk yang bersusila.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk bertingkah laku secara bermoral. Dengan demikian, pendidikan harus berorentasi kepada ahlak manusia, sehingga setiap individu mempunyai tanggung jawabk untuk mempunyai ahlak yang mulia, sehingga dapat menerapkan hak dirinya dan hak orang lain.
5.      Konsep manusia sebagai mahluk bertuhan.
Pada dasarnya secara sadar atau tidak, manusia mengakui bahwa ia adalah mahluk tuhan dan mahluk ciptaan tuhan. Dengan demikian manusia dituntut percaya terhadap tuhannya, maka dengan demikian, tiap individu berusaha untuk menigkatkan pribadinya, mengikat hubungan dengan ssama, meningkatkan pengabdian kepada Allah.

D.    Pendidikan Agama Islam dan pembentukan jiwa.
Pendidikan agama Islam dapat memberi andil dalam pembentukan jiwa dan kepribadian yang baik, hal ini karena pendidikan islam mengacu kepada pemahaman tehadap pemahaman yang baik dan benar.  Dengan kata lain, pendidikan agama islam mengajak manusia/ individu untuk berpaham atas dasar wahyu yang benar, berfikir rasional, membentuk ahlak.

E.     Proses dan sosialisai nilai pendidikan Islam.
Ahlak manusia akan terbentuk melalui beberapa pembiasaan. Pembiasaan tersebut terjadi di lingkungkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, dengan demikian pendidikan Islam haruslah berorentasi membina manusia agar manusia itu sendiri dapat mengontrol dirinya dalam lingkup keluarga, dan masyarakat, ehingga individu tersebut mempunya potensi yang bermanfaat bagi diri dan keluarga serta masyarakatnya.[4]


BAB V
Hakikat Kurikulum dan Evaluasi Pendidikan Menurut Filsafat Pendidikan Islam.

A.     Kurikulum menurut filsafat pendidikan Islam.
Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujutkan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga sebagai program studi, konten, kegiatan berencana, hasil belajar, reproduksi kultural, pengalaman belajar, dan kurikulum adalah produksi. Dengan demikian maka kurikulum adalah kegiatan yang mencangkup berbagai kegiatan anak didik yang terperinci yang berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, strategi belajar mengajar, pengaturan program agar dapat diterapkan.
1.      Ciri-ciri kurikulum pendidikan islam.
a.       Menonjolnya tujuan agama dan ahlak.
b.      Meluasnya perhatian dan kandungannya.
c.       Keseimbangan yabg relative.
d.      Kecenderugan pada seni halus.
2.      Asas dan perinsip kurikulum pendidikan Islam.
a.       Azas agama, kurikulum pai harus meletakkan pada ajaran Islam.
b.      Azas falsafah, memberikan kepada arah kebenaran terhadap nilai ajaran Islam.
c.       Azas pesikologis, kurikulum hendaknya disusun berdasarkan tingkat perkembangan peseta didik.
d.      Asaz sosial, kurikulum harus mengacu kepada arah realitas individu dan masyarakat.
3.      Fungsi kurikulum.
a.       Kurikulum sebagai alat untuk sampai pada tujuan pendidikan islam.
b.      Kurikulum sebagai pedoman dan program yang harus dilakukan oleh objek dan subjek pendidikan.
c.       Kesinambungan untuk persiapan pada jenjang sekolah.
d.      Kurikulum sebagai setandar penilain kriteria keberhasilan suatu proses pendidikan.

B.     Hakikat evaluasi menurut filsafat pendidikan Islam.
Evaluasi adalah proses pembandingan atas situasi yang ada dengan kriteria tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan. Evaluasi merupakan komponen pendidikan. Evaluasi merupakan penetapan baik dan buruk, terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang sudah disepakati sebelumnya.
1.      Tujuan dan fungsi evaluasi.
Tujuannya adalah, memberikan standar keberhasilan baik dari sisi kongnitif, afektif, maupun pesikomotor, kemudian berimplikasi kepada penaganan siswa oleh pendidiknya untuk bisa memberikan pemahaman
Fungsi evaluasi:
a.       Untuk mengetahui kemampuan peserta ddiik.
b.      Mengetahui penyerapan terhadap bahan ajar.
c.       Untuk mendorong persaingan sehat antar peserta didik.
d.      Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan peserta didik.
e.       Untuk mengetahui ketepatan atau tidaknya metode dan strategi guru.
2.      Perinsip-peerinsip evaluasi pendidikan Islam.
a.       Evaluasi harus mengacu kepada tujuan.
b.      Evaluasi dilakukan dengan objektif.
c.       Evaluasi harus dilakukan dengan komperhensif.
d.      Evaluasi dilakukan secara kontinew.


BAB VI
Hakikat Pendidik dan Peserta Didik Menurut Filsafat Pendidikan Islam.

A.     Hakekat pendidik menurut filsafat pendidikan Islam.
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan keoepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan dan pelaksananan tugasnya sebagai kholifah di bumi.
         Pendidik adalah orang ada didalam system pendidikan. Pendidik adalah orang dewasa yang memberi contoh mulia terhadap peserta didik dan berusaha membuat peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki. Dengan demikian maka guru dituntut untuk mempunyai kopetensi, yaitu:
1.      Kopetensi pendidik.
Mengetahui hal-hal yang perlu diajarkan, menguasai seluruh materi yang akan diajarkan, mempunyai kemampuan analisis terhadap materi, menggali informasi sebelum diajarkan, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2.      Kopetensi kepribadian.
Pendidik mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, namun dalam hal mendidik, guru dituntut untuk mengembangkan, dan mengetahui:
a.       Mengenal dan mengakui harkat dan potensi peserta didik yang diajar.
b.      Membina suatu suasana social yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral, guna menyamakan pemahaman peserta didik.
c.       Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai.
3.      Kopetensi penguasaan atas bahan ajar.
Pendidik dituntut untuk bisa menguasai komponen-komponen bahan ajar yang sesuai dengan jenjang dan kurikulum, agar peserta didik sefaham atas objek pembelajaran. Dan juga agar bahan ajar valid, dan dapat di percaya.
4.      Kopetensi dalam cara-cara mengajar.
Agar peserta didik mampu menyerap, dan menumbuhkan rasa bergairah atas pelajaran maka guru harus bisa mengembangkan keterampilan:
a.       Menyususn program pembelajaran.
b.      Mengunakan media yang tepat.
c.       Mengunakan dan mengembangan metode yang dipakai.
5.      Karakteristik pendidik.
Pendidik harus mempunyai karakteristik tertentu, yang dengan karakteristik tersebut dimaksud agar dapat di dengan dan dipatuhi. Adapun karakteristik yang harus dipenuhi peserta didik yaitu:
a.       Tingkah laku dan pola fikir pendidik bersifat robbani, ihlas, sabar, jujur dan senantiasa membekali diri dengan ilmu.
b.      Mampu mengunakan berbagai metode dan strategi belajar mengajar, mampu mengelola peserta didik dan juga mampu mempelajari psikis peserta didik.
c.       Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa peserta didik.
d.      Bersikap adil diantara peserta didik.
6.      Kode etik pendidik.
a.       Mempunyai watak kebapakan sebelum menjadi pendidik, sehingga ia dapat menyangi peserta didik seperti anak sendiri.
b.      Mampu berkomunikasi dengan peserta didik dengan baik.
c.       Memperhatikan kemampuan dan kondisi peserta didik.
d.      Mengetahui kepentingan bersama dan mempunyai kopetensi keadilan.
e.       Ihlas dalam menjalankan aktifitasnya di sekolah.
7.      Tugas pendidik.
a.       Pengajar, bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah di susun.
b.      Pendidik, yaitu mengarahkan peserta didik menuju kedewasaan yang yang berkepribadian insan khamil.
c.       Motivator dan vasilitator, yaitu pendidik mampu mendorong dan menyiap kan kebutuhan peserta didik agar potensi peserta didik dapat ter aktualisasikan dengan baik.[5]

B.     Hakikat peserta didik menurut filsafat pendidikan Islam.
1.      Pengertian peserta didik.
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik, psikis untuk mencapai tujuan pendidikanya melalui proses pendidikan. Peserta didik adalah seseorang yang menerima pengaruh dari seseorang. Peserta didik adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan pengarahan dari orang dewasa. Maka peserta didik adalah objek pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif.
2.      Karakteristik peserta didik.
Seperti yang dikemukakan oleh imam al ghozali, bahwa peserta didik hendaknya memiliki sifat:
a.       Belajar dengan niat beribadah dalam rangka taqorrub ila Allah.
b.      Mengurangi kecendrungan kehidupan duniawi.
c.       Bersikap tawadhu’.
d.      Menjaga fikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari aliran.
e.       Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.
f.       Belajar secara bertahap dan berjenjang.
g.      Mempelajari ilmu sampai tuntas.
3.      Tugas peserta didik.
Seperti yang di katakana oleh an-namiri al-qurtubi:
a.       Seorang murid harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia menuntut ilmu.
b.      Hendaklah tujuan belajar itu ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutaman, mendekatkan diri dengan tuhan.
c.       Peserta didik tabah dalam memperoleh ilmu untuk supaya merantau.
d.      Wajib menghormati guru.

C.     Hubungan antara pendidik dan peserta didik.
1.      Pelindung.
Orang dewasa selalu menjaga dan memperhatikan anak didiknya. Pendidik supaya menjaga anak didiknya jagan sampai merugikan dirinya dan orang lain, baik secara langsung atau tidak.
2.      Menjadi teladan.
Pendidik bertingkah laku yang baik “ berahlak kharimah” agar peserta didik meniru yang demikian itu.
3.      Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan.
Pendidik menjadi rujukan, menjadi pedoman, menjadi penasehat terhadap gerak gerik peserta didik, guru juga mengenalkan tanggung jawab terhadap peserta didik.
4.      Pencipta perasaan bersatu.
Pendidik menjalin hubungan harmonis dengan peserta didik, agar peserta didik mendapat pengalaman dasar untuk hidup bermasyarakat, antara lain:
a.       Saling percaya dan mempercayai.
b.      Rasa setia.
c.       Saling meminta dan memberi.
Untuk memiliki perasaan perasaan tersebut maka ana dipersiapkan di dalam kehidupan berkeluarga yang teratur yang dapat memberikan pimpinan dalam kehidupannya.[6]









[1] Abdul Aziz, filsafat pendidikan islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), 1-12.
[2] Ibid. 14-79.
[3] Ibid. 78-118.
[4] Ibid. 119-154.
[5] Ibid. 155-187.
[6] Ibid. 187-200.

Tidak ada komentar: