Senin, 12 Desember 2016

studi mts ma al qur'an hadis kelas 9


 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT, bahkan mendekati kedudukan para nabi. Semua muslim diwajibkan menuntut ilmu agar aqidahnya tidak tersesat, ibadahnya benar, dan perilakunya sesuai syariat agama.
Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap orang Islam selama hayat masih dikandung badan. Untuk menunjukan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu. Sikap disiplin mutlak diperlukan dalam meraih cita-cita.
Dalam kehidupan seseorang muslim, waktu merupakan karunia yang tidak bisa terlebih dibandingkan harta dan yang lainya. Mengoptimalkan waktu untuk ketaatan kepada Alla SWT, merupakan Modal kemanfaatan kehidupan dunia dan akhirat sehingga mewujudkan keselamatan bagi dirinya. Menyia-nyiakan waktu dengan percuma tanpa makna, berarti kesengsaraan dan kebinasaan bagi dirinya. Kita harus berusaha untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kandungan ayat dan hadist tentang menghargai waktu?
2.      Bagaimana kandungan ayat dan hadist tentang menuntut ilmu?
                                                     
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui kandungan ayat dan hadist tentang menghargai waktu.
2.      Untuk mengetahui kandungan ayat dan hadist tentang menuntut ilmu.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kandungan ayat dan Hadist tentang Menghargai Waktu
Islam menganjurkan agar manusia menmanfaatkan waktu dan kesempatan yang dimiliki sehingga ia tidak termasuk golongan orang yang  merugi. Hal itu tercantum dalam Q.S. ‘Ashr dan Rasulullah SAW juga menganjurkan agar manusia memanfaatkan kesempatan yang ia miliki.[1] Diantaranya sebagai berikut:
1.      Ayat Al Qur’an tentang menghargai waktu
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ3)
     Makna Lafdliyah
Terjemah
Lafadz
demi masa
وَالْعَصْرِ
manusia
اْلإِنْسَانَ
kerugian
خُسْرٍ
nasehat menasehati
وَتَوَاصَوا
mentaati kebenaran
بِالْحَقِّ
menetapi kesabaran.
بِالصَّبْرِ


Artinya :
1. Demi masa.
2.  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
            Penjelasan surat Al-Ashr
وَاْلعَصْرِ
Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan menggunakan waktu, yaitu waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita, zaman demi zaman, masa demi masa. Bumi berputar dan bergantilah masa yang dilaluinya; suka dan duka, naik dan turun, masa muda dan masa tua. Ada masa hidup, kemudian mati dan tinggallah kenang-kenangan ke masa lalu. Maka Allah menjadikan waktu sebagai sumpah, atau menjadi sesuatu yang mesti diingat. Kita hidup di dunia ini adalah melalui masa, Setelah itu kita pun akan pergi. Dan apabila kita telah pergi, artinya mati, habislah masa yang kita pakai dan yang telah lalu tidaklah dapat diulang lagi, dan masa itu akan terus dipakai manusia yang tinggal, silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi. Dijadikannya waktu oleh Allah sebagai sumpah adalah merupakan peringatan, agar waktu itu jangan disia-siakan atau jangan diabaikan.
انّ الإنسنا لفي خسر
Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian
Di dalam waktu yang dilalui itu jelaslah bahwa manusia hanya rugi. Dalam hidup melalui waktu itu tidak ada keuntungan sama sekali. Hanya rugi saja yang didapati, Dari waktu pertama lahir ke dunia, dan dari waktu ke waktu, usia terus mengurang. Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun, dari muda ke tua, hanya kerugian saja yang dihadapi. Di waktu kecil kita merasa senang dalam pangkuan ibu, itu pun rugi karena belum merasakan arti hidup. Setelah mulai dewasa barulah berdiri sendiri, beristeri atau bersuami. Namun kerugian pun ada. Sebab hidup mulai bergantung kepada tenaga dan kegiatan sendiri, tidak lagi ditanggung orang lain. Sampai kepada kepuasan berhubungan suami isteri yang berjalan dalam beberapa menit untuk menghasil anak yang akan dididik dan diasuh, menjadi tanggungjawab sampai ke sekolahnya dan perguruan tingginya untuk bertahun-tahun. waktu kita masih muda dan gagah perkasa harapan masih banyak. Tetapi apabila usia mulai lanjut barulah kita insaf bahwa tidaklah semua yang kita angankan di waktu muda dapat tercapai. Banyak pengalaman di masa muda telah menjadi kekayaan jiwa setelah tua. Kita berkata dalam hati supaya berbuat begini, jangan menempuh jalan itu, harus beginilah, harus begitulah melakukannya. Pengalaman itu mahal sekali. Tetapi kita tidak ada tenaga lagi buat mengerjakannya sendiri. Sesudah itu kita merasakan sepi, bahkan kadang-kadang bertambah menjadi beban berat buat anak-cucu. Sesudah itu kita pun mati. Begitulah kerugian yang akan kita rasakan. Belum ada apa-apa kita sudah pergi, Kerugianlah seluruh masa hidup itu.

            إلاّ لّذ ين آمنوا....
Kecuali orang yang beriman.” (pangkal ayat 3).
Yang tidak akan merasakan kerugian dalam waktu ini hanyalah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. Manusia datang ke dunia ini hanya sementara waktu, namun waktu yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada kepercayaan, ada tempat berlindung. Iman menyebabkan manusia insaf dari mana datangnya. Iman menimbulkan keinsafan untuk apa dia hidup di dunia ini, yaitu untuk berbakti kepada Maha Pencipta dan kepada sesama manusia. Iman menimbulkan keyakinan bahwasanya sesudah hidup yang sekarang ini ada lagi hidup. Itulah hidup yang sebenarnya, hidup yang baqa. Di sana kelak segala sesuatu yang kita lakukan selama masa hidup di dunia ini akan dihisab oleh Allah.
وعملواالصلحات....
Dan beramal shalih,”
bekerja yang baik dan berfaedah. Sebab hidup itu adalah suatu kenyataan dan mati pun kenyataan pula, dan manusia yang di keliling kita pun suatu kenyataan pula. Yang baik akan mulia, yang buruk akan merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain. Sinar Iman yang telah tumbuh dalam jiwa telah menjadi keyakinan, dengan sendinya menimbulkan perbuatan baik.

                                                   ....وتواصوا با لحق
Dan saling berwasiat dengan Kebenaran.”        
 Karena nyatalah sudah bahwa hidup yang bahagia itu adalah hidup bermasyarakat. Hidup nafsi-nafsi adalah hidup yang sangat rugi. Maka hubungkanlah tali kasih-sayang dengan sesama manusia, saling memberi tahu kepada yang benar. Supaya yang benar itu dapat dijunjung tinggi bersama. Saling mengingatkan pula mana yang salah, supaya yang salah itu sama-sama dijauhi.
Dengan demikian beruntunglah masa hidup. Tidak akan pernah merasa rugi. Karena setiap pribadi merasakan bahwa dirinya tidaklah terlepas dari ikatan bersama. Dan rugilah orang yang menyendiri, yang menganggap kebenaran hanya untuk dirinya seorang.
.....وتوا صوا بالصبر
Dan saling berwasiat dengan Kesabaran.” (ujung ayat 3).
Tidaklah cukup kalau hanya saling berwasiat tentang nilai-nilai Kebenaran. Sebab hidup di dunia itu bukanlah jalan datar saja. Seringkali kaki kita tersandung. Cobaan terlalu banyak. Kesusahan kadang-kadang sama banyaknya dengan kemudahan. Kebanyakan orang yang rugi karena dia tidak tahan menempuh kesukaran dan halangan hidup. Dia rugi sebab dia mundur, atau dia rugi sebab dia tidak berani maju. Dia berhenti di tengah perjalanan. Padahal berhenti artinya pun mundur.
Sedangkan umur berkurang terus, Sebab kesempurnaan itu ialah sempurna pada diri sendiri dan menyempurnakan pula bagi orang lain. Kesempurnaan itu dicapai dengan kekuatan ilmu dan kekuatan amal. untuk memenuhi kekuatan ilmiah ialah Iman. Untuk peneguh kekuatan amaliah ialah berbuat amal yang shalih. Dan menyempurnakan orang lain ialah dengan mengajarkannya kepada mereka dan mengajaknya bersabar dalam berilmu dan beramal.
2.      Hadis tentang menghargai waktu
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ (رواه البخاري)

Makna Lafdziyah

Terjemahan
lafadz
Jadilah kamu di dunia ini
كُنْ فِي الدُّنْيَا
asing
غَرِيْبٌ
orang yang melewati suatu jalan.’
عَابِرِ سَبِيْلٍ
Apabila kamu berada di sore hari
إِذَا أَمْسَيْتَ
kamu menunggu
تَنْتَظِرِ
kamu berada di pagi hari
أَصْبَحْتَ
sore
الْمَسَاءَ
untuk menghadapi sakitmu
لِمَرَضِكَ
untuk menghadapi matimu.
لِمَوْتِكَ

Dari Abdullah bin Umar ia berkata: “Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’ Ibnu Umar berkata.” Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang). Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu. (HR. Bukhori)[2]

B.     Kandungan ayat dan Hadis tentang menuntut ilmu

1.      Ayat dan hadis tentang perintah menuntut ilmu
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)[3]

Makna Lafdziyah

Terjemahan
lafadz
Bacalah
اقْرَأْ
dengan (menyebut) nama Tuhanmu
بِاسْمِ رَبِّكَ
yang Menciptakan
الَّذِي خَلَقَ
 manusia.
الْإِنْسَانَ
 segumpal darah.
عَلَقٍ
Maha pemurah,
الْأَكْرَمُ
dengan perantaran kalam
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
apa yang tidak di ketahui
مَا لَمْ يَعْلَمْ

Penjelasan surat al alaq
Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan Allah SWT kepada para hamba-Nya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir V/236). Dan inilah pula yang menandai penobatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah, kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuian, menjadi terang benderang. Sejak saat itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah SWT secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau ajaran Allah yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan "Iqra" (bacalah). Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca ‘buku’ dunia. Seperti membaca tanda-tanda kebesaran Allah. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk belajar dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri kita dari kebodohan.
Namun membaca yang mampu membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan manusia bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca ‘dengan menyebut nama Allah Yang Menciptakan’  اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Dalam kajian Sayyid Quthb Rahimahullah, bahwa surat ini adalah surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah SAW pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bimillah: "Iqra’ Bismi Rabbik". (Tafsir Fi Zhilal Al Qur’an)
Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah (ayat Al Qur’an) dan ayat-ayat kauniyah (yang terjadi di alam). Ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa keadaan alam semesta.
 وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚأَفَلَا تُبْصِرُونَ (21)
Artinnya: “Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang orang yang yakin dan (juga)pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Az-Zariyat 20-21)
 خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ  
Ayat kedua, Allah menyatakan bahwa manusia dicipta dari segumpal darah. Allah SWT sendiri juga telah menegaskan bahwa manusia dicipta sebagai sebaik-baik ciptaan  dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan fasilitas hidup yang menyamai manusia. Allah menganugerahi manusia berupa akal pikiran, perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Yang demikian itu, diharapkan manusia bersyukur kepada Allah dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Ayat keempat, Allah SWT mengajar manusia dengan pena. Maksudnya dengan pena manusia dapat mencatat berbagai cabang ilmu pengetahuan, dengan pena manusia dapat menyatakan ide, pendapat dan keinginan hatinya dan dari pena manusia juga mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan baru.
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Pada ayat kelima, Allah mengajar manusia apa yang tidak/belum diketahuinya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan, Allah memberikan manusia kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu manusia mampu mencapai cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin langsung diberikan oleh Allah kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa melalui belajar (ilmu laduni).
Demikian, Allah telah menerangkan bahwa manusia manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan.
Rasulullah SAW. Bersabda:

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى االلهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ اْلعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَـى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ اْلعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الخَنَا زِيْرِ اْلجَوْهَرَ وَالُّلؤْلُؤَ وَالذَّ هَبَ.
Artinya: Dari Anas Bin Malik Berkata “Rasullulah SAW. bersabda, mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam. Memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (tidak tepat), setiap orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara atau emas. (H.R. Ibnu Majah)
Hadis tersebut di atas adalah salah satu dari sekian banyak hadis yang berbicara tentang menuntut ilmu.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim[4]. potongan hadis ini sudah sangat populer di kalangan umat Islam. Banyak yang meriwayatkan hadis ini dengan sedikit perbedaan pada matan hadis dan tingkatan hadisnya. Ada yang meriwayatkan dengan ditambah kalimat wal muslimat. Namun semua tetap sependapat bahwa hadis ini sebagai dasar kuat bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim
وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيْرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ  (رواه ابن ماجة)
Artinnya: “Memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara dan emas.
Meletakkan ilmu maksudnya menimba ilmu, kepada orang yang bukan ahlinya adalah perbuatan sia-sia. Menimba ilmu kepada orang yang tidak punya kemampuan di bidangnya adalah perbuatan sia-sia. Sebagai contoh, ketika kita ingin mempelajari cara-cara merangkai listrik, maka lebih tepat kita menanyakannya pada guru bidang studi fisika. Begitu juga ketika kita ingin mengetahui lebih dalam tentang cara bermain musik, lebih tepat jika kita berguru pada orang yang ahli di bidang itu. ketika kita ingin menulis sebuah artikel, buku, atau karya tulis ilmiah, maka alangkah baiknya kita berguru dan berkonsultasi pada orang yang mempunyai kemampuan di bidang bahasa Indonesia.[5]
Hadis riwayat Ibnu Majah tersebut mengandung pengertian bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Kewajiban itu berlaku bagi laki-laki ataupun perempuan, anak-anak ataupun dewasa. Dengan demikian, tidak ada alasan  untuk malas mencarai ilmu. Ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara beribadahan kepada Allah SWT, Tanpa mengetahui ilmunya dapat mengakibatkan kesalahan. Apabila dalam beribadah salah tata caranya, ibadah itu tidak akan diterima Allah SWT.
Ilmu-ilmu yang bersifat kedunian, seperti kedokteran, ekonomi, matematika, atau ilmu yang lain merupakan suatau keutamaan. Mencari ilmu-ilmu tersebut hukumnya adalah fardu kifayah. Maksudnya, apabila sebagian orang islam sudah ada yang mempelajarinya, sebagian yang lain sudah terbebas dari hukum. Meskipun demikian, kita tidak boleh menganggap remeh ilmu-ilmu tersebut.
Bahwa hadist tersebut juga disebutkan bahwa memberikan ilmu kepada orang yang tidak tepat adalah sia-sia. Maksudnya, ilmu itu harus disampaikan sesuai dengan taraf berfikir si penerima ilmu. Memberikan ilmu secara tidak tepat diibaratkan menggalungkan perihasan pada babi. Meskipun dikalungi perihasan, babi tetap sebagai binatang kotor.[6]
  Sedangkan hadis lain menyebutkan tentang menuntut ilmu adalah:                                  
اطلبو العلم ولو با لصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم ان الملا للإكة تضع اجنحتها لطا لب العلم بما يطلب
Artinya: Carilah ilmu sekalipun di negeri cina karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim. Sesungguhnya para mlaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang mencari ilmu karena ridho terhadap amal perbuatan itu.
Penjelasan dari hadis di atas adalah:
Mencari ilmu itu wajib hukumnya terlebih lagi ilmu agama karena ilmu agama dapat mengantarkan pemiliknya kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Orang yang mencari ilmu dido’akan oleh semua malaikat sehingga digambarkan dalam hadis ini bahwa mereka menaungkan sayapnya kepada orang-orang yang menuntut ilmu karena mereka ridho terhadapnya. Dalam hadis lain disebutkan bahwa orang yang mencari ilmu itu didoakan oleh semua makhluk hidup sehinga ikan-ikan yang ada di laut pun ikut mendoakanya.
Pengertian negeri China dalam hadis ini menunjukan pengertian negeri yang terjauh doa hadis ini sekaligus merupakan bukti sejarah bahwa bangsa Arab pada saat ini mengenal adanya negeri China. Demikian pula sebaliknya, orang-orang China pun telah mengenal adanya negeri Arab. Atau makna yang dimaksud adalah mencari ilmu yang berkaitan dengan maslahat orang banyak karena sejak zaman dahulu negeri China terkenal sebagai negeri pembuat kertas yang tidak terdapat di negeri Arab. Berdasarkan pengertian ini, maka makna yang dimaksud ialah carilah ilmu apapun yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak.[7]
2.      Pentingnya  menuntut ilmu
Semua perkara yang diperintahkan islam, pasti akan bermanfaat dan membawa kebaikan bagi umatnya. Sebaliknya, perkara yang dilarang islam, pasti membawa madhorot bagi umatnya (jika dilarang). Menuntut ilmu adalah perkara yang diperintahkan dalam islam. Dengan demikian,
Orang yang mencari ilmu memperbeloh pahala seperti orang yang berjihad. Hal itu sesuai dengan sabda Rasullulah saw.
من خرج فى طلب العلم كان في سبيل الله حتى يرجع
Artinya: “Orang yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia kembali (ke rumahnya
a.       Menuntut ilmu mepunyai kebaikan lebih baik daripada seratus rekaat. Hal itu sesuai sabda Rasullulah. Kepada Abu Dzardak berikut ini.
يَا أَبَا ذَرِّ لأَنْ تَغْدُوَ فَتَعَلَّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّيَ مِائَةَ رَكْعَةً (رواه ابن ماجة)

Artinnya: “Wahai Abu Dzar, keluarmu dari rumah di pagi hari untuk mempelajari satu ayat dari kitab Allah itu lebih baik daripada engkau mengerjakan sholat seratus rakaat” (HR. Ibnu Majah)

b.      Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga dan dinaugi para malaikat. Hal itu sesuai dengan sabda rasullulah:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِي  فِيْهِ عِلْمًا سَلَكَ الله بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةَ وَإِنَّ الْمَلاَ ئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ الْعِلْمِ (رواه الترميذى)

Artinnya: “Barang siapa menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Sesungguhnya para malaikat menaungkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena senang (terhadap apa yang diperbuat)”  (HR. Tirmidzi dari Abi Dardak)[8]

c.       Menuntut ilmu menambah pengetahuan yang belum diketahui sebagaimana dalam hadis berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : أَنَّ رَسُوْلَ الله ص.م قَالَ : وَ مَنْ تَعَلَّمَ فَعَمِلَ عَلَّمَهُ الله مَالَمْ يَعْلَمْ (رواه ابو شيخ)

Dari Ibnu Abas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa belajar ilmu dan mengamalkannya, Allah akan mengajarkan apa yang belum diketahuinya.” (HR. Abu Syaih)



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
           Allah menjadikan waktu sebagai sumpah, atau menjadi sesuatu yang mesti diingat. Begitu pentingnya memnfaatkan waktu sehingga Allah berfirman dalam surat Al-Asyr tentang orang-orang yang merugi karena tidak memanfaatkan waktu. Maka gunakanlah waktu sebaik-baiknya, karena waktu akan terus mengalir seperti mengalirnya air dan tidak akan pernah kembali waktu yang telah berlalu. Dan juga tentang pentingnya mencari ilmu khususnya ilmu agama, karena dengan ilmu maka manusia akan di tinggikan derajatnya dan para malaikat selalu mendo’akan kepada saja yang pergi untuk menuntut ilmu karena ridha kepada penuntut ilmu. Karena perintah menvcari ilmu itu tidak ada batasannya sampai liang lahat.
           Dari beberapa ayat Al Qur’an dan Hadis yang telah terdapat pada halaman sebelumnya. Allah memerintahkan manusia untuk membaca dan menulis mengenai ilmu yang manusia peroleh agar manusia dapat mengetahui kebesaran Allah melalui berbagai aspek dalam kehidupan di dunia.  Ilmu merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan di dunia akan bermakna jika adanya ilmu yang dimiliki oleh manusia, sehingga apa pun yang akan dijalani, didasari teori yang sudah ia dapatkan, entah itu ilmu agama, ilmu umum atau ilmu kedokteran. Selain itu manusia diperintahkan untuk menimba ilmu pada orang yang ahli dalam bidangnnya dan memberi ilmu harus tau tingkat si penerima. Di maksud agar ilmu yang dipelajari atau diberikan itu tidak sia-sia. Hadis- hadis Rosulullah telah memberi penjelasan mengenai pentingnya menuntut ilmu. Hadis tersebut seakan membuka rahasia dari keutamaan sebuah ilmu. Maka dengan demikian, manusia dituntut untuk senantiasa memanfaatkan waktu yang sedang dijalani untuk menuntut ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim dan Darsono.  Pemahaman Al-Qur’an Dan Hadis. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006.
Kementrian Agama RI. Buku Siswa Al-Qur’an Hadits Kelas IX Mts. Jakarta: Kementerian Agama, 2016.
Sayyid, Ahmad Al-Hasyimi. Syarah Muhtamul Alhadits. Bandung: Sinar Baru Argesindo, 2010.
Al- A’zami, M. M.  The History The Qur’anic Text. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Al Khaibawi, Usman, Durrotun Nasihin. Semarang: Al Munawwar.
Nata, Abuddin Et, El. Integrase Ilmu Agama Dan Ilmu Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.




[1] Kementrian Agama RI, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits Kelas IX Mts (Jakarta: Kementrian Agama, 2016), 45-46.
[2] Kementrian Agama RI, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits Kelas IX Mts,…47-52.
[3] M. M Al- A’zami, The History The Qur’anic Text, (Jakarta: Gema Insani, 2005), 26.
[4] Abuddin Nata, Et. El, Integrase Ilmu Agama Dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 38.
[5] Kementrian Agama RI, Buku Siswa Al-Qur’an Hadits Kelas IX Mts,…60-63.
[6] Ibrahim Dan Darsono, Pemahaman Al-Qur’an Dan Hadis (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2006), 24-26.
[7] Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Muhtamul Alhadits, (Bandung: Sinar Baru Argesindo, 2010), 143.materi mts kelas 9
[8] Usman Al Khaibawi, Durrotun Nasihin, (Semarang: Al Munawwar), 56.

Tidak ada komentar: