Senin, 12 Desember 2016

Bimbingan Dan Konseling Dalam Lembaga Pendidikan Islam


Bimbingan Dan Konseling Dalam Lembaga Pendidikan Islam
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kapita Selekta Pendidikan Islam”

Dosen Pengampu:
Arif Syaifudin M. Pd. I

Di Susun Oleh:
Achmad Qolik Khoirudin             (210314256)

Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Ponorogo
November 2016




BAB I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah tuhan seru sekalian alam, sholawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan ihlasnya membimbing umatnya melaui pengajaran, pembiasaan dan memberikan contoh yang mulia, yang bertujuan menanamkan akhlakul karimah, taat pada agama dan para pemimpin-pemimpinnya. Pendidikan merupakan peran paling penting dalam membentuk karakter dalam kehidupan di dunia. pendidikan di sebuah lembaga, baik lembaga islam maupun umum, pasti akan ada masalah atau problematika yang di situ tidak mudah dalam menyelesaikan. Maka dalam makalah ini sedikit di jelaskan agar permasalahan atau problema dalam lembaga pendidikan islam dapat di jumpai jalan keluar dengan baik, yaitu dengan adanya bimbingan dan konseling dan selanjutnya terwujud lembaga pendidikan islam maupun umum yang mampu mencetak generasi yang berpotensi, berguna bagi nusa dan bangsa.
A.    Latar Belakang
Keberadaan bimbingan dan konseling dalam system pendidikan di Indonesia dijalani melalui proses yang panjang kurang lebih 40 tahun yang lalu. Bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan baik umum maupun islam sama- sama mengembangkan dan memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan moral sepiritual. Bimbingan dan konseling sangat di butuhkan dalam lembaga pendidikan islam maupun umum, di maksud agar peserta didik mengetahui batasan- batasan dan apa yang harus di jalankan pada taraf usianya. Selai itu juga, peran bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam ber orentasi kepada peserta didik agar dalam system pendidikan dalam lembaga pendidikan tersebut dapat mencegah sekaligus mengobati berbagai kendala yang ada.
            Dalam makalah ini, akan dijelaskan secara singkat mengenai bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam dan program-program bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan islam maupun umum.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam?
2.      Bagaimana orentasi bimbingan konseling dalam pendidikan islam?
3.      Bagaimana program-program bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam?
2.      Mengetahui orentasi bimbingan konseling dalam pendidikan islam?
3.      Mengetahui program-program bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bimbingan Konseling Dalam Lembaga Pendidikan Islam.
1.      Pengertian Bimbingan.
Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh para ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, di maksudkan agar individu dapat memahami dirinnya, lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinnya secara optimal untuk kesejahteraan dirinnya dan kesejahteraan masyarakat. Atau bimbingan dapat diartikan sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu atau kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.

2.      Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari Bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologi adalah “to give advice” (Hornby: 1958: 246), atau memberi saran dan nasihat.[1] Selain itu bimbingan dan konseling merupakan upaya dalam kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman individu difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, .dimana ia dibri bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah tersebut.[2]
Menurut Prayitno dan Erman Amti, konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dengan wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinnya masalah yang dihadapi klien.
Menurut Winkel (2005: 34) konseling adalah sebagai rangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/ klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai masalah atau persoalan kusus.
Menurut Mc Lean, Shertzer dan Stone, 1974, konseling adalah proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antar seseorang individu yang terganggu oleh masalah-masalah yang tidak dapat diatasinnya sendiri dengan seorang petugas yang professional, yaitu orang-orang yang terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.[3]
Dari pengertian di atas bahwa bimbingan dan konseling adalah usaha membantu klien dalam memecahkan masalah secara berkrlanjutan dan dilakukan dengan wawancara kepada individu atau kelompok dimaksud agar klien dapat mencari jalan keluar dan dapat mengembangkan potensi dirinya agar berguna bagi nusa dan bangsa.

3.         Peran bimbingan konseling dalam pendidikan Islam
Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagai telah diketahui bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah . Hal ini berarti bahwa tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan tertentu diharapkan menjadi manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli baik secara akademis maupun profesional.
Potensi religious yaitu seperangkat kemampuan untuk mengendalikan diri agar tidak melanggar perintah Allah.[4] Artinnya Setatus manusia sebagai hamba Allah yang harus selalu tunduk dan patuh kepada-Nya. Ada perintah dan larangan yang harus dipatuhi oleh semua manusia sepanjang hidupnya, dan pada saatnya akan diminta tanggung jawab oleh Allah tentang apa yang pernah dilakukan selama hidup di dunia.[5] Dalam lembaga pendidikan islam pun sudah berjalan bimbingan dan konseling yang demikian. Guna membekali dan menyiapkan peserta didik untuk siap mengembangkan potensi dirinya dan lingkungannya.

4.      Fungsi bimbingan dan konseling dalam pendidikan
Fungsi bimbingan dan konseling sangatlah penting dilembaga-lembaga pendidikan karena banyak manfaat dan fungsi yang dapat dirasakan oleh semua pihak. Tidak hannya oleh guru saja, namun bagi seluruh anggota sekolah.[6] Beberapa fungsi bimbingan dan konseling antara lain:
a.       fungsi pemahaman.
fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinnya (konseli) dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman konseli diharapkan mampu mengembangankan potensi dirinnya secara optimal dan mennyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruksif.
b.      Fungsi fasilitasi.
Memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbangan seluruh aspek dalam diri konseli.
c.       Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat mennyesuaikan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
d.      Fungsi penyaluran.
Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan,/ program studi, dan memantapkan penguasaan kalir yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
e.       Fungsi adaptaasi
Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, konselor, dan tutor untuk mennyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli.
f.       Fungsi pencegahan/ prefentif
Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.
g.      Fungsi perbaikan
Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak).
h.      Fungsi penyembuhan
Fungsi penyembuhan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek sosial pribadi, belajar, dan karir.
i.        Fungsi pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercapai dalam bimbingan.
j.        Fungsli pengembangan.
Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih pro aktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang memfasilitasi perkembangan konseli.[7]


B.     Orentasi bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam.
Orentasi yang dimaksud disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan. Misalnnya, seseorang yang berorentasi ekonomi dalam pergaulan, maka ia akan menitik beratkan pandangan  atau memusatkan perhatiannya pada perhitungan untung dan rugi yang dapat di timbulkan oleh pergaulan yang ia adakan dengan orang orang lain, sedangkan orang yang berorentasi agama akan melihat pergaulan itu sebagai lapangan tempat dilangsungkannya ibadah menurut ajaran agama.
Adapun orentasi di madrasah atau sekolah umumnnya dan lembaga pendidikan islam kususnya adalah sebagai berikut:
a.         Orentasi perseorangan.
Orentasi perseorangan ialah bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitik beratkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu juga penting, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan di tujukan kepada maasing-masing siswa. Kondisi keseluruhan siswa itu merupakan konfigurasi ( bentuk keseluruhan ) yang dampak positif dan negatifnnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan. Pelayanan bimbingan dan konseling yang berorentasikan kepada individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam kelompok sepanjang nilai- nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang berlaku.
              Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orentasi perorangan dalam bimbingan dan konseling dapat di catat sebagai berikut:
1.      Semua kegiatan yang di selenggarakan dalam rangka melayani bimbingan dan konseling di arahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan.
2.      Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinnya, dan kemampuan-kemampuan potensialnnya, yang semuannya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan potensinnya itu kearah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan yang sebesar-besarnnya bagi diri dan lingkungannya.
3.      Setiap klien harus di terima sebagai individu dan harus ditangani secara individual.[8] Artinnya bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam sendiri menerapkan berbagai asas-asas dalam bimbingan konseling yaitu, asas kerahasiaan dan asas kesukarelaan.[9]

b.   Orentasi perkembangan.
Ketika membahas fungsi-fungsi bimbingan dan konseling telah dikemukakan salah satu fungsi tersebut adalah fungsi pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan hendaknya yang diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.

c.       Orentasi permasalahan.
Hidup dan berkembang itu mengandung resiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali tidak mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling ialah kebahagiaan. Kewaspadaann terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitanya fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah di bicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan dan pengentasan. fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya.

D.    Program bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan islam.
Sekolah/ madrasah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara kusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling memiliki kedudukan dan peranan yang khusus. Adapun program-program bimbingan konseling di sekolah/ madrasah yaitu:
1.      Jenis Program
a.       Program tahunan, yaitu program pelayanan konseling selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah atau madrasah.
b.      Program semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selam satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
c.       Program bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
d.      Program mingguan, yaitu program layanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
e.       Program harian, yaitu program pelayanan konseling konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan dan atau satuan kegiantan pendukung kegiatan konseling.

2.      Penyusunan Program
a.       Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan pesrta didik.
b.      Substansi program pelayanan konseling meliputi jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegatan, sasaran pelayanan, dan volume atau beban tugas konselor.

3.      Perencanaan kegiatan
a.       Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan, serta mingguan.
b.      Perencanaan kegiatan pelayanan bimbingan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan yang memuat:
1.      Sasaran layanan.
2.      Substansi layanan.
3.      Jenis layanan, serta alat bantu yang digunakan.
4.      Pelaksana layanan dan pihak-pihak yang terlibat
5.      Waktu dan tempat.
c.       Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi:
Kegiatan di dalam kelas dan diluar kelas.
d.      Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot 2 jam pembelajaran.
e.       Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah.

4.      Pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling.
Di dalam jam pembelajaran lembaga pendidikan islam:
a.       Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelanggarakan layanan informasi penempatan dan penyaluran, serta kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
b.      Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 jam per kelas perminggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
c.       Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultaasi dan alih tangan kasus.
Di luar jam pembelajaran lembaga pendidikan islam:
a.       Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan mediasi serta kegiatan lainnya dapat dilaksanakan di luar kelas.
b.      Satu kali kegiatan layanan atau pendukung konseling diluar jam pembelajaran dengan 2 jam pembelajaran tatap muka di luar kelas.
c.       Kegiatan pelayanan konseling diluar jam pembelajaran maksimum 50% dari seluruh kegiatan bimbingan konseling, di ketahui dan dilaporkan kepada pimpinan madrasah dalam lembaga pendidikan islam.
d.      Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program.
e.       Volume dan waktu untuk melaksanakan kegiatan bimbingan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu di atur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan madrasah.[10]
Program-program demikian harus se-arah dengan tujuan pendidikan/ pembelajaran di dalam maupun luar kelas dan dilakukan secara berkelanjutan. Di samping itu bimbingan dan konseling harus melihat karakteristi lembaga pendidikan yang menjadi tempat jalannya bimbingan dan konseling tersebut, berorentasi kepada peserta didik. Agar program-program bimbingan dan konseling berhasil dalam lembaga pendidikan islam maupun umum.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah usaha membantu klien dalam memecahkan masalah secara berkrlanjutan dan dilakukan dengan wawancara kepada individu atau kelompok dimaksud agar klien dapat mencari jalan keluar dan dapat mengembangkan potensi dirinya agar berguna bagi nusa dan bangsa. fungsi pemahaman.
Dan bimbingan konseling berfungsi yaitu: fasilitasi, Penyesuaian, penyaluran, adaptaasi, pencegahan/ prefentif, perbaikan, penyembuhan, pemeliharaan, pengembangan dalam lembaga pendidikan islam, bimbingan konseling berorentasi pada perseorangan, pengembangan, dan permasalahan. Selain demikian dalam lembaga pendidikan islam, bimbingan konseling memiliki program yaitu: program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan dan program harian. Semua dimaksud agar pembelajaran di dalam lembaga mencapai tujuan yang diinginkan oleh pihak- pihak yang bersangkutan.

Saran.
Munculnya makalah ini bukan berarti akhir dari pengetahuan mengenai bimbingan konseling dalam lembaga pendidikan, namu di luar ini masih banyak sumber yang lebih autentik untuk mengetahui bimbingan dan konseling dalam lembaga pendidikan islam. Kritik dan saran selalu di harap demi sempurnannya makalah ini. Semoga dengan hadirnya makalah ini memberikan pengetahuan terhadap kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Febrini, Deni, Bimbingan Konseling, Yogyakarta: Teras, 2011.
Sutirna, bimbingan Dan Konseling, Yogyakarta: CV Andi Offset,2013.
A., Hellen, Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Sutoyo, Anwar, Bimbingan Dan Konseling Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Prayitno Dan Amti, Erman, Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004.





[1] Hellen A., Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 9.
[2] Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Teras, 2011), 9.
[3] Deni febrini, bimbingan konseling,…10.
[4] Hellen A., Bimbingan Dan Konseling,….54.
[5] Anwar Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 214.
[6] Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Teras, 2011), 14.
[7] Sutirna, Bimbingan Dan Konseling, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2013), 21-23.
[8] Prayitno dan Erman Amti, Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 234-235.
[9] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,..43-44.
[10] Deni Febrini, Bimbingan Konseling,..109-113.

MAKALAH DASAR PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
                  Dalam proses belajar mengajar, media memiliki arti    yang sangat penting. Karena sebagai perantara untuk membantu ketidakjelasan yang disampaikan oleh seorang guru. Dikatakan juga bahwa, media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indera pendengaran dan indera penglihatan, bahkan adanya alat atau media tersebut dapat mempercepat proses pembelajaran murid karena dapat membantu pemahaman murid lebih cepat.
                  Selain itu, pemilihan media juga diperlukan, karena untuk menentukan kesesuaian dalam penyampaina materi yang akan disampaikan oleh guru. Sehingga apa yang akan disampaikan oleh guru dapat dengan mudah di terima oleh peserta didik dengan baik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah pentingnya pemilihan media pembelajaran?
2.      Bagaimana kriteria dalam pemilihan media pembelajaran?
3.      Bagaimana prosedur dalam pemilihan media pembelajaran?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pentingnya pemilihan media pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui kriteria dalam pemilihan media pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui prosedur dalam pemilihan media pembelajaran.








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pentingnya media pembelajaran
            Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian terdahulu, bahwa pemilihan media pengajaran ditentukan apakah media yang akan digunakan sesuai atau cocok dengan karakteristik materi yang akan disajikan dan dapat menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran memerlukan perencanaan yang baik. Seorang guru memilih media pembelajaran atas pertimbangan yaitu:[1]
a.       Ia merasa sudah akrab dengan media itu seperti papan tulis atau proyektor transparansi.
b.      Ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri.
c.       Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya dalam penyajian yang lebih tersruktur dan terorganisasi    Disamping itu yang lebih penting lagi apakah media yang akan digunakan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan syariat agama atau tidak melanggara etika agama. Bilamana, hal tersebut dapat dipenuhi maka tugas selanjutnya adalah meneliti lebih cermat apakah media yang akan digunakan tersebut dapat dijangkaua oleh biaya dan dana yang ada dan apakah tidak ada alternative media lain yang sekiranya lebih mudah didapat disekitar lingkungan. Selanjutnya apakah media tersebut telah dipertimbangkan betul-betul akan kefektifan dan kefisiennya. Bila bentuk media tersebut perlu dirancang, maka tentu diperlukan perencanaan yang lebih matang.[2]
            Arif F. Sukardi mengemukakan bahwa media pengajaran ditinjau   dari segi kesiapan pengadaanya dapat dikelompokkan dua jenis yaitu:

1.      Media jadi
Media jadi merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran dan dijual secara bebas dan dalam keadaan siap pakai.
2.      Media rancangan
Media rancangan merupakan media yang perlu didesaian dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertetu.[3]
B.     Kriteria pemilihan pembelajaran
            Kreteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupkan bagian dari sistem intruksional secara keseluruahan. Untuk itu ada beberapa criteria yang patut diperhatikan dalam memilih media:
1.      Sesuia dengan tujuan yang dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan intruksional yang ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga rana kognitif afektif psikomotorik. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertujukan oleh siswa.
2.      Tepat. Untuk mendukung isi pelajaran yang sifatya fakta, konsep, prinsip,atau generelasi media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan symbol dam kde yang berbeda, oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda memahaminya.
3.      Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana atau sumberdaya lainya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Criteria ini menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana.
4.      Guru trampil menggunakanya. Ini merupakan salah satu criteria utama. Apapun media itu, guru harus mampu menggunakanya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media sangat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.
5.      Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. [4]
C.     Prosedur dalam pemilihan media pembelajaran
            Masalah yang timbul pada waktu kita memilih media yang cocok untuk suatu program intruksional kadang hilang begitu saja karena adanya permintaan khusus untuk media tertentu. Namun yang penting, pernyataan semacam itu mengandung makna bahwa beberapa langkah dasar dalam proses pengembangan suatu pelajaran telah dipenuhi. Langkah itu adalah kebutuhan latihan telah jelas diketahui, populasi siswa telah dianalisis dan ditentukan, isi dan tujuan latihan itu telah direncanakan, dan media yang dibutuhkan telah dipilih melalui pertimbangan yang matang. Pemilihan media yang cocok untuk tujuan intruksional pada dasarnya adalah perluasan ketrampilan berkomunikasi.[5]
            Untuk jenis media rancangan (by design), beberapa macam cara telah dikembangkan untuk memilih media. Dalam proses tersebut mengemukakan beberapa langkah dalam pemilihan dam penentuan jenis media yaitu:
a.       Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan melalui media termasuk pesan pembelajaran atau sekedar informasi umum atau hiburan. Jika hanya informasi umum, akan diabaikan karena prosedur yang dikembangkan khusus untuk pemilihan media yang bersifat atau untuk keperluan pembelajaran.
b.      Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru (alat peraga).
c.       Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
d.      Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai, dengan mempertimbangkan criteria lain seperti kebijkan, fasilitas yang tersedia, kemampuan produksi dan biaya.
e.       Mereview kembali jenis media yang telah dipilih, apakah sudah tepat atau masih terdapat kelemahan, atau masih ada alternative jenis media lain yang lebih tepat.
f.       Merencanakan, mengembangkan dan memproduksi media.[6]
 























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran memerlukan perencanaan yang baik. Seorang guru memilih media pembelajaran atas pertimbangan yaitu:
a.       Ia merasa sudah akrab dengan media itu seperti papan tulis atau proyektor transparansi.
b.      Ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri.
c.       Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya dalam penyajian yang lebih tersruktur dan terorganisasi  
Ada beberapa criteria yang patut diperhatikan dalam memilih media:
Sesuia dengan tujuan yang dicapai, tepat, praktis, luwes, dan bertahan,       Guru trampil menggunakanya, dan pengelompokkan sasaran.
            Untuk jenis media rancangan (by design), beberapa macam cara telah            dikembangkan untuk memilih media:
a.       Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan melalui media termasuk pesan pembelajaran atau sekedar informasi umum atau hiburan.
b.      Menentukan apakah media itu dirancang untuk keperluan pembelajaran atau hanya sekedar alat bantu mengajar bagi guru (alat peraga).
c.       Menentukan apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif, afektif atau psikomotor.
d.      Menentukan jenis media yang sesuai untuk jenis tujuan yang akan dicapai.
e.       Mereview kembali jenis media yang telah dipilih,
f.       Merencanakan, mengembangkan dan memproduksi media





DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ronald H, Pemilihan dan pengembanagn media untuk pembelajaran. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. 1994.
Asnawir & Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014. 

Pdf, Makalah disampaikan pada kegiatan Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap Bagi Guru-guru IPA SLTP Kab.Cilacap, tanggal 4 Agustus 2008, (Balai Badan Diklat dan Perpusda Kabupaten Cilacap, 2008.



                [1] Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 123.
                [2] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014), 67. 
                [3]  Asnawir & Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran . . . .123-124.
                [4]   Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. . . . ..74-75.
                [5] Ronald H. Anderson. Pemilihan dan pengembanagn media untuk pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994),15-16.
                [6] Pdf, Makalah disampaikan pada kegiatan Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap Bagi Guru-guru IPA SLTP Kab.Cilacap, tanggal 4 Agustus 2008, (Balai Badan Diklat dan Perpusda Kabupaten Cilacap, 2008), 9.